1. Gudeg
Photo source: resepasia.com
Siapa yang tidak mengenal makanan yang satu ini. Meskipun masih menjadi teka-teki darimana asalnya, namun gudeg lebih dikenal sebagai makanan yang berasal dari Yogyakarta. Gudeg terbuat dari nangka muda mentah yang direbus selama beberapa jam dengan gula aren, dan santan rempah-rempah tambahan, termasuk bawang putih, bawang merah, kemiri, biji ketumbar, lengkuas, daun salam, dan daun jati. Daun jati inilah yang memberikan warna coklat kemerahan ke masakan. Dengan berbagai campuran bumbu tersebut, gudeg menjadi terasa manis dilidah dan memiliki rasa yang khas dan enak sesuai dengan selera masyarakat Jawa pada umumnya. Hal ini sering digambarkan sebagai “nangka hijau rebus yang manis”. Memerlukan waktu berjam-jam untuk dimasak, gudeg umumnya disajikan dengan nasi kukus putih, ayam baik sebagai opor ayam atau ayam goreng, telur pindang, opor telur atau telur sekadar rebus, tahu dan atau tempe, dan sambel goreng krecek sup yang terbuat dari kulit sapi renyah. Selain itu, gudeg juga bisa dipadukan dengan makanan khas Yogyakarta lainnya, yaitu sambal krecek. Dengan sambal krecek yang dipadukan dengan gudeg, nibblers akan mendapatkan tambahan selera makan karena rasa sambal krecek yang pedas dan gurih.2. Sate Klatak
Photo source: Wonokromoinfo
Sate klatak sudah dikenal sejak dulu merupakan salah satu bentuk olahan sate kambing yang berasal dari Bantul, Yogyakarta. Namun, setelah kemunculannya di salah satu film box offices, pamor sate klatak semakin melejit dan menjadi salah satu makanan yang dicari ketika mengunjungi Yogyakarta. Sejarah penamaan sate klatak sendiri menurut cerita berasal dari bunyi daging yang sedang dibakar, karena daging sebelum dibakar ditaburi garam maka sewaktu dibakar akan mengeluarkan bunyi yang unik. Ada juga cerita penamaan klatak berasal dari bunyi buah melinjo yang jatuh di sekitar warung Mbah Ambyah, seorang yang dikenal sebagai pencetus sate klatak. Sate klatak disajikan dengan irisan mentimun, tomat dan kol. Yang membuat sate klatak unik adalah karena tusukan satenya menggunakan jeruji besi. Tusukan besi sebagai konduktor penghangat akan membuat daging matang sempurna karena lebih masak dari bagian dalam.3. Oseng-Oseng Mercon
Photo source: Bukareview
Jika selama ini dikenal jika orang Jawa identik dengan makanan manis, maka makanan yang satu ini menghapus stigma tersebut. Sesuai dengan namanya, oseng-oseng mercon memiliki rasa pedas luar biasa yang akan membuat mulut terasa akan meledak seperti mercon (petasan). Oseng-oseng mercon adalah sejenis tumisan yang memadukan tetelan (potongan kecil daging sapi) dan koyoran (lemak daging sapi) dengan potongan cabai rawit dan bumbu-bumbu lainnya. Uniknya, nama oseng-oseng mercon lahir dari pembeli makanan yang satu ini. Banyak ditemui di daerah Malioboro, oseng-oseng mercon pertama kali diperkenalkan oleh Warung Bu Narti. Berawal dari kebingungan Bu Narti ketika menerima daging kurban dalam jumlah yang banyak, daging tersebut kemudian ditumis dengan potongan cabai rawit dan disajikan kepada pelanggannya. Ternyata pengunjung-pengunjung tersebut menyukainya dan memberi nama oseng-oseng mercon kepada makanan tersebut.4. Tiwul
Tiwul terbuat dari tepung gaplek, yaitu singkong yang telah dikeringkan. Tiwul merupakan salah satu makanan khas dari daerah Gunung Kidul, Yogyakarta. Memiliki rasa yang manis dan berwarna kecokelatan, tiwul cocok untuk dikonsumsi bersama dengan nasi putih, urap, ikan asin, dan sambal. Dulunya, tiwul sempat dianggap sebagai makanan bagi orang miskin sebagai pengganti nasi. Namun, seiring perjalanan waktu, justru tiwul dicari-cari oleh banyak orang ketika mengunjungi Gunung Kidul. Hal ini tidak terlepas dari fakta bahwa ternyata tiwul memiliki beberapa manfaat bagi tubuh manusia. Beberapa manfaat dari tiwul adalah mengandung kalori yang besar, mengandung vitamin B kompleks, memiliki kandungan protein yang tinggi, dan menjadi obat dari beberapa penyakit, seperti diare, demam, dan rematik.5. Dawet Ireng
Sedikit melipir ke barat Yogyakarta, tepatnya di Purworejo, nibblers dapat dengan mudah menemukan minuman khas yang satu ini. Dawet ireng adalah minuman dari tepung beras berwarna hitam pekat. Berbeda dengan es dawet biasa yang berwarna hijau karena memakai daun suji, dawet yang satu ini memakai abu merang atau jerami yang alami, sehingga menghasilkan warna hitam pekat atau keabu-abuan. Nama ireng berasal dari bahasa Jawa yang berarti hitam, menggambarkan hasil akhir warna dawet yang akan berwarna hitam pekat karena tercampur dengan air abu merang. Merang dipilih karena tumbuhan ini akan menambahkan rasa yang lezat dan kekenyalan alami di dalam dawet. Dawet ini memiliki keunikan, yaitu penyajian dawet yang jumlah dawetnya jauh lebih banyak dibanding kuahnya (santan ditambah air gula). Hal unik lainya adalah santannya biasanya diperas langsung dari bungkusan serabut kelapa. Yang unik, di sebuah wilayah di Purworejo, tepatnya di Kecamatan Butuh, dikenal sebuah tempat legendaris yang menjual dawet ireng bernama Es Dawet Jembut Kecabut. Meskipun memiliki konotasi negatif, ternyata dinamakan Jembut Kecabut karena lokasinya berada di sebelah timur Jembatan Butuh, Kecamatan Butuh, dan disingkat menjadi Jembut Kecabut.6. Nasi Goreng Magelangan
Photo source: Resepkoki
Sesuai dengan namanya, varian nasi goreng yang satu ini dikenal berasal dari salah satu kota yang berada di utara Yogyakarta, yaitu Magelang. Meskipun di Yogyakarta lebih dikenal dengan istilah nasi goreng mawut, banyak yang meyakini bahwa nasi goreng magelangan berasal dari Magelang. Tidak jauh berbeda dengan nasi goreng lainnya, bahan-bahan yang digunakan dalam membuat nasi goreng magelangan antara lain bawang merah, bawang putih, cabai, dan merica. Yang membedakan adalah, nasi goreng magelangan dimasak dicampur dengan mie. Selain itu, cara memasaknya juga menggunakan alat tradisional, yaitu anglo atau tungku arang. Sudah terbayang makanan apa saja yang akan nibblers nikmati nanti di Yogyakarta? Jangan sampai ada yang terlewat ya!