Dango adalah salah satu makanan tradisional Jepang populer dan sering dinikmati sebagai camilan manis atau wagashi. Berbentuk bulat dan ditusuk, bola-bola kecil dango mampu memanjakan lidah dengan rasa legit dan tekstur kenyal.
Sekilas dango mirip dengan mochi, tetapi ternyata keduanya punya perbedaan. Yuk, kita simak keunikan dango dalam ulasan berikut.
Apa Itu Dango?
Dango adalah camilan dari tepung beras ketan yang dibentuk bola-bola kecil. Kemudian, bola-bola kecil tersebut ditusuk memakai tusuk sate terdiri atas tiga sampai lima potong.
Dango yang ditusuk ini biasa dijumpai saat acara festival di Jepang atau “matsuri”. Namun, kamu bisa menemukannya di berbagai toko sepanjang tahun.
Asosiasi Wagashi Tokyo menyebutkan dango sudah dikenal sejak lebih dari 2.000 tahun lalu. Makanan ini adalah camilan pertama yang menggunakan kacang-kacangan yang dihaluskan menjadi bubuk.
Sumber lain mengungkapkan dango lebih dari sekadar makanan. Makanan manis tersebut berfungsi sebagai persembahan kepada para dewa setiap upacara keagamaan berlangsung.

Photo source: @officialbigkabuto
Apa Saja Bahan Dango?
Dango memang terbuat dari tepung beras ketan manis dicampur dengan air dan gula. Biasanya ditambah jenis tepung lain sehingga teksturnya tidak begitu lengket.
Ada resep yang memilih memakai tepung terigu, ada juga yang memakai beras bukan ketan lain. Alasan inilah yang membuat orang yakin dango bebas gluten.
Bagaimana dengan isiannya?
Tergantung jenis dango, bahan perasa, filling, atau topping dapat digunakan untuk menambah citarasa dango yang cenderung netral. Kinako atau tepung kedelai dan gula jadi pilihan populer serta cukup mudah diterima di lidah.

Photo source: @theveganchinee
Jenis-jenis Dango
Jadi, apa saja jenis-jenis dango yang mudah kamu temukan? Tentu ada banyak varian dango, tetapi delapan jenis dango ini paling populer dan disukai wisatawan.
Mitarashi dango
Jenis dango paling umum, mudah dikenali dari glasir kedelai manis yang mbleber dari setiap dango. Dibakar sedikit hingga gosong, mitarashi dango punya citarasa legit dengan aroma asap yang bikin penasaran.

Photo source: @mitsuwa_marketplace
Hanami dango
Pernah lihat emoji dango di ponselmu? Nah, dango warna-warni ini biasa disantap saat kegiatan melihat bunga sakura sepanjang musim semi. Konon warna merah muda, putih, dan hijau mewakili siklus hidup bunga sakura dan perubahan musim yang terjadi.

Photo source: @senbirdtea
Anko dango
Anko alias pasta kacang murah populer dijadikan isian makanan tradisional Jepang. Berbeda dengan taiyaki atau mochi ketika anko diisi di dalam, anko justru dioleskan di bagian luar dango sehingga memberi tekstur dan rasa unik pada camilan manis ini.

Photo source: @japanesecooking101
Kinako dango
Kinako atau tepung kedelai panggang melapisi setiap dango dengan sempurna. Alhasil, dango mempunyai hint rasa kacang panggang yang lezat.

Photo source: @kansaiyamato_thailand
Tsukimi dango
Berarti melihat bulan, tsukimi adalah hari merayakan bulan purnama yang jatuh pada hari ke-15 bulan ke-8 kalender lunar. Biasanya jatuh pada sekitar September atau awal Oktober. Dango dipajang di nampan khusus dengan menumpuk 15 dango polos hingga menyerupai piramida.

Photo source: @japan_embassy_canada
Sasadango
Sasadango merupakan dango hijau yang warna hijaunya berasal dari pemakaian mugwort. Makanan khas Niigata ini punya tampilan unik, yaitu dibungkus daun bambu. Secara tradisional sasadango berisi pasta kacang merah dan memiliki warna hijau tua yang pekat serta hint rasa herbal.

Photo source: @kitabubuko
Dango shiratama
Dango shiratama hanya dibuat menggunakan tepung beras ketan shiratamako. Hasilnya dango terasa super lembut dan kenyal sehingga lebih baik jika dimasak dengan cara merebusnya dalam air mendidih. Rasa dango shiratama agak hambar, tetapi tekstur menjadi fokus menikmati dango ini. Itu sebabnya dango ini biasa diberi pasta kacang merah atau disantap dalam sup kacang merah atau anmitsu.

Photo source: @japancandybox
Dango Kibi
Dango satu ini terkenal sebagai makanan khas prefektur Okayama, yang sebelumnya bernama provinsi Kibi. Konon dango Kibi berkaitan erat dengan legenda Momotaro, yang menggunakan kue beras manis untuk menyuap para hewan agar bertarung dengannya.
Dango Kibi berbahan dasar tepung millet, atau campuran tepung millet dan tepung beras ketan. Dango ini juga bisa dibalur tepung kedelai maupun diberi bumbu dengan bahan lain, seperti garam laut, gula merah, matcha, dan persik.

Photo source: @thekindsprout
Perbedaan antara Mochi dan Dango
Apakah mochi dan dango sama? Ternyata ada perbedaan mochi dan dango meski keduanya sama-sama berbahan dasar beras.
Mochi dibuat dengan menumbuk beras ketan (mochigome) yang telah dikukus hingga menjadi adonan yang lengket dan kenyal. Proses ini dikenal sebagai "mochi-tsuki".
Sebaliknya, dango dibuat dengan mencampur tepung beras dengan air hingga membentuk adonan. Kemudian, adonan itu dibentuk menjadi bola-bola dan direbus atau dipanggang.
Perbedaan dalam proses pembuatan ini menghasilkan tekstur yang berbeda. Mochi cenderung lebih lengket dan lunak, sedangkan dango lebih ringan dan kenyal.

Photo source: @jimoto_ae
Bagaimana Cara Makan Dango?
Dango biasa dimakan dengan tusuk sate, tetapi dapat disajikan dalam hidangan seperti dango tsukimi, atau menjadi bagian hidangan penutup lain. Anmitsu misalnya, berisi buah segar, jeli kanten, pasta kacang merah, dan dango.
Dango memang umum ditemukan pada saat festival. Namun, kamu bisa menjumpai dango di mana saja di Jepang, seperti di toko wagashi, supermarket, hingga konbini lokal.
Dango lebih nikmat disantap sambil minum teh. Rasa teh yang sedikit pahit dapat melengkapi profil rasa gurih manis dango dengan sempurna.

Photo source: @icehotel
Dango adalah warisan makanan Jepang kuno yang masih populer hingga kini. Bahkan, makanan manis ini telah mendunia.
Kalau kamu penasaran di mana bisa menikmati dango di Jakarta, coba deh mampir ke Papaya Fresh Gallery, salah satu supermarket Jepang terlengkap. Cukup untuk memupus rasa ingin tahu kamu sebelum berlibur ke Jepang mencicipi dango di tempat asalnya. Setuju?