Makna dan Filosofi Nasi Kuning
Ada beberapa versi mengenai makna dan filosofi nasi kuning. Tiap sumber dan latar belakang budaya punya cara tersendiri memaknai nasi kuning ini. Nah, berikut rangkuman soal makna filosofi nasi kuning yang umum disuguhkan pada perayaan-perayaan istimewa.source: istockphoto
1. Warna Kuning Simbol Harapan Khusus
Warna kuning yang dihasilkan dari bumbu kunyit pada nasi ini, bukan sembarangan pilih lho. Kuning sendiri menggambarkan sebuah harapan dan doa spesial yang sangat luhur. Dalam tradisi masyarakat Jawa, warna kuning melambangkan kekayaan dan kemakmuran. Warna tersebut dipilih karena serupa dengan perwujudan kepingan emas untuk simbol kekayaan ataupun warna padi yang akan dipanen, sebagai simbol kemakmuran. Jadi harapannya, pihak yang menyelenggarakan kenduri atau tasyakuran tersebut akan dilimpahi kemakmuran dan kesejahteraan. Sedikit berbeda dengan masyarakat pulau Dewata Bali. Warna kuning pada nasi mendapat simbolisasi sebagai perwujudan Mahadewa yang sangat sakral. Oleh karena itu, warna kuning sangat umum dijadikan warna dominan dalam perayaan Hari Raya Kuningan masyarakat Hindu-Bali.source: istockphoto
2. Perlambangan Gunung
Beberapa sumber sejarah menyebutkan kalau nasi kuning sudah ada sejak zaman munculnya kerajaan Hindu di tanah Jawa. Itu artinya makanan ini sudah dikenal masyarakat sejak ratusan tahun yang lalu. Agama Hindu Nusantara percaya kalau daerah pegunungan adalah lokasi yang menjadi tempat tinggalnya para dewa dewi dan sang hyang, sehingga disebut juga parahyangan. Masyarakat Hindu membuat nasi berwarna kuning sebagai simbol Mahadewa, dan dibentuk kerucut simbolisasi gunung. Hal tersebut digunakan untuk mengungkapkan rasa terima kasih dan untuk memohon keselamatan kepada dewa dewi.source: istockphoto
3. Bentuk Tumpeng Lambang Pengharapan
Nasi Kuning untuk perayaan memang identik dengan dibentuk kerucut yang disebut tumpeng. Nah, tumpeng sendiri sebagai simbolisasi gunung tempat para dewa, juga merupakan wujud doa pengharapan baik. Dirangkum dari Good News From Indonesia dan Etnis, orang Jawa cenderung suka mencari kecocokan antara penamaan suatu benda dengan peristiwa atau filosofi tertentu. Tumpeng pun bermakna “tumapaking panguripan-tumindak lempeng-tumuju pangeran”. Artinya, tertatanya hidup, berjalan lurus kepada Tuhan. Namun, ada juga yang mengatakan “yen metu kudu mempeng” yang artinya jika keluar, haruslah dengan semangat. Makna “metu” di sini merupakan gambaran manusia yang terlahir atau keluar dari rahim ibunya. Tapi bisa juga keluar dari rumah untuk mencari nafkah. Jadi, nasi kuning yang berwujud tumpeng adalah simbol rasa syukur manusia atas berkat dan karunia Tuhan. Tumpeng juga dihadirkan untuk menyelaraskan eksistensi jagat cilik dan jagat ageng (mikrokosmos dan makrokosmos). Nasinya sendiri sudah merupakan simbol Dewi Sri yang melambangkan kemakmuran.source: istockphoto
4. Lauk Pauk Nasi Kuning Mengandung Filosofi Tersendiri
Nasi kuning untuk tumpeng juga dilengkapi dengan aneka lauk pauk. Nah, lauk pauknya ini pun mengandung banyak filosofi penting lho. Contohnya, disajikan lauk telur yang dimaknai sebagai simbolisasi permulaan sebuah kehidupan. Ada juga yang menyajikan telurnya dengan direbus bukan didadar atau mata sapi, serta masih lengkap belum dikupas cangkangnya. Telur rebus dalam cangkang memiliki filosofi akan sebuah etos kerja, bahwa sesuatu yang dikerjakan harus dengan teliti (mengupas telur) untuk mancapai hasil yang maksimal. Sayuran urap yang melambangkan urip iku urup (saling menerangi sesama), karena terdiri dari beragam jenis sayur. Sayurannya sendiri di antara kangkung yang berarti jinangkung (melindungi), bayam (ayem tentrem), tauge sebagai simbol tumbuhnya kehidupan. Gak lupa kacang panjang sebagai simbolisasi berpikir jauh ke depan.---
Itu tadi Nibblers, penjelasan mengenai simbolisasi makna dan filosofi dari nasi kuning. Gak mengherankan kalau nasi kuning ini sering dibuat dan disajikan untuk hari-hari penting dan istimewa.