Menyambut Natal, gingerbread alias kue jahe menjelma menjadi kudapan yang paling dicari. Keberadaannya selalu ada di setiap rumah orang-orang yang merayakan Natal. Meski tradisi ini tidak terlalu kental di Indonesia, namun semua orang tahu kepopuleran gingerbread selama Natal.
Penasaran nggak sih kenapa gingerbread sangat identik dengan Natal? Simak yuk ceritanya berikut ini.
Umur Kue Jahe Jauh Lebih Tua dari Perayaan Natal Pertama
Jika menilik ke asal mula gingerbread, kudapan lucu ini tidak muncul karena perayaan Natal. Sejarah mencatat Natal pertama mulai dirayakan sejak 2000 tahun yang lalu. Sedangkan keberadaan kue jahe di dunia sudah lebih tua daripada itu. Asal mulanya tercatat sejak zama Yunani atau Mesir kuno.
Menurut buku ‘Making Gingerbread Houses’ karangan Rhonda Massingham Hart, resep gingerbread pertama berasal dari Yunani di tahun 2400 SM. Resep ini kemudian menyebar hingga ke Tiongkok, sampai akhirnya masyarakat lokal membuat gingerbread versi mereka sekitar abad ke-10.
Tidak ketinggalan, masyarakat Eropa juga akhirnya berkenalan dengan gingerbread ini di abad ke-11. Kudapan ini diperkenalkan oleh para tentara yang pulang dari perang salib di Mediterania Timur. Tidak butuh waktu lama bagi masyarakat Eropa untuk melibatkan kue jahe ke dalam gaya hidup mereka. Saking terkenalnya, kue jahe menjadi cemilan favorit yang sering disajikan dalam festival dan pameran di Eropa selama abad pertengahan.
Bentuk Gingerbread yang Lucu-Lucu
Jika selama ini kita mengenal gingerbread berbentuk karakter manusia alias gingerbread man, ternyata dulunya penampilan gingerbread jauh lebih beragam. Pada festival di Eropa, kue jahe diolah dalam bentuk bunga, bintang, binatang, bahkan pedang. Tidak sedikit pula wanita yang berlomba-lomba memberikan kue jahe untuk prajurit favorit mereka sebagai simbol harapan agar mereka beruntung di medan perang atau turnamen-turnamen yang berlangsung selama festival.
Gingerbread man sendiri tercipta selama periode Tudor di Inggris. Munculnya gingerbread man pertama kali tercatat saat Ratu Elizabeth 1 terlibat langsung membuat gingerbread tersebut untuk tamu-tamu penting kerajaan.
Sedangkan asal-usul gingerbread yang berbentuk rumah sampai sekarang masih belum diketahui. Namun, banyak orang yang menghubung-hubungkannya dengan cerita klasik Hansel dan Gretel.
Gingerbread dan Natal
Membaca sekilas tentang sejarah gingerbread di atas, kalian mungkin bertanya-tanya, bagaimana bisa akhirnya kue jahe selalu dihubung-hubungkan dengan natal?
Lekatnya gingerbread dengan Natal tidak hanya terjadi dalam satu malam. Koneksi ini juga tidak muncul karena alasan tertentu, namun karena alasan sepele yang tak disangka-sangka.
Jadi, di Eropa dulu ada aturan di mana pembuat gingerbread sejati boleh membuat dan menjual kudapan ini sepanjang tahun. Sedangkan masyarakat umum hanya boleh memanggang kudapan ini hanya dua hari dalam satu tahun. Masyarakat kemudian membuatnya setiap hari Natal dan Paskah tiba. Itulah sebabnya kenapa akhirnya warga Eropa selalu mengasosiasikan gingerbread dengan hari raya Natal.
Sehatnya Kandungan Gingerbread
Musim liburan Natal mungkin akan membuat kita lupa diri dan makan sepuasnya. Kabar baik jika kudapan favorit kalian adalah gingerbread, pasalnya cemilan ringan ini menawarkan sejumlah manfaat kesehatan untuk tubuh.
Pada umumnya satu takaran saji gingerbread mengandung sekitar 2 mg zat besi dan 882 mikrogram mangan yang bisa memenuhi 49% kebutuhan mangan kita sehari-hari. Tak hanya itu, zat niacin yang terkandung dalam jahe juga dapat meningkatkan perkembangan sel yang sehat. Kadar niacin pada satu takaran porsi gingerbread adalah sekitar 1,8 miligram. Angka tersebut memenuhi 11-13% asupan niacin yang dibutuhkan tubuh per hari.
Folat dalam gingerbread juga akan mendukung produksi sel darah merah serta pertumbuhan sel yang baik. Kandungan folatnya cukup besar lho, sekitar 49 mikrogram per takaran saji yang artinya memenuhi 12% kebutuhan folat harian kita.
Mengenal Kue Jahe Khas Indonesia
Penampilan yang lucu dengan icing warna-warni pasti terpatri di pikiran kita saat membicarakan gingerbread. Memang begitu adanya bentuk gingerbread khas Eropa dan negara-negara barat lainnya. Tapi, tahukah kalian kalau negara kita ternyata juga punya sajian kue jahe lho.
Berbeda dengan gigerbread, keberadaan kue jahe khas Indonesia hampir tidak pernah dikaitkan dengan perayaan Natal. Justru kue jahe ini merupakan cemilan yang mulai langka ditemukan di mana-mana.
Dikenal dengan sebutan kue bangket, cemilan ini ternyata berasal dari daerah Garut. Tidak sama dengan gingerbread, kue jahe khas Indonesia dibuat dari tepung sagu, sehingga menghasilkan tekstur yang lebih renyah dan mudah lumer di mulut.
Dari segi rasa pun cukup berbeda karena kue bangket menggunakan gula palem. Kalau dibandingkan dengan gingerbread yang menggunakan brown sugar, rasa kue bangket tidak terlalu manis.
Tambahan molases yang membuat tekstur gingerbread lebih garing dan bertekstur chewy juga tidak ditemukan pada kue bangket. Molases juga memmbuat warna gingerbread terlihat cokelat bersinar. Sedangkan kue jahe tampil dengan warna cokelat pucat. Bentuk kue bangket pun tidak terlalu menarik karena dipotong-potong sehingga menyerupai rusa-ruas jahe.
Wah tidak disangka-sangka ya, ternyata seseru itu perjalanan gingerbread yang selama ini dikenal sebagai kue Natal. Jadi makin tidak sabar menikmati kue jahe sambil ditemani dengan teh hangat.