Lahir karena Rasa Iri
Photo source: Pexels
Jakarta sebagai Ibukota Indonesia juga memiliki suku asli yang sudah semenjak lama tinggal di Jakarta. Sebagai suku asli Jakarta, betawi dikenal sebagai salah satu suku yang memegang teguh agamanya, yaitu Islam. Selama masa penjajahan, begitu banyak orang Belanda yang kemudian menetap di Indonesia. Selama menetap, tentunya sesuai tipikal orang benua biru, orang Belanda sering mengadakan pesta di Jakarta. Sebagai masyarakat asli kota Jakarta, tidak sedikit orang Betawi yang diundang untuk datang ke pesta yang diadakan oleh orang Belanda. Terlebih, di kota Jakarta juga berkumpul pembesar Indonesia yang tentunya didekati oleh orang Belanda. Datang ke pesta yang diadakan orang Belanda, tentu saja minuman beralkohol akan menjadi salah satu minuman yang dihidangkan. Ini tidak terlepas dari kebiasaan masyarakat Belanda yang menyukai minuman beralkohol. Orang Betawi yang datang ke pesta penasaran dan mencoba minuman tersebut. Mengetahui bahwa minuman tersebut memabukkan dan menyalahi aturan Islam membuat orang Betawi kemudian menjauhi minuman tersebut. Namun, keinginan menggebu untuk bisa menikmati minuman yang sejenis dengan minuman beralkohol tersebut akhirnya membuat orang Betawi memikirkan cara untuk bisa membuat minuman yang mirip dengan bir tetapi tidak memabukkan. Nama pletok sendiri akhirnya ditambahkan ke dalam bir karena bir pletok ini biasanya disimpan dalam botol yang ditutup dengan cork, sebuah penutup botol yang dibuat dari kayu. Ketika dibuka, akan terdengar bunyi “plok” atau “pletok”. Bunyi tersebutlah yang kemudian dijadikan nama pelengkap dari bir ini. Namun, ada cerita lain yang menyebut bahwa nama pletok dari bir pletok lahir karena pada awalnya bir pletok dibuat di dalam bambu yang ditutup di kedua sisinya. Ketika bir dimasukkan ke dalam bambu, bir kemudian dikocok bersama dengan es batu agar timbul busa seperti wine. Ketika dikocok itulah muncul bunyi “pletak-pletok” yang kemudian dipakai untuk melengkapi nama bir pletok.Minuman yang Menyehatkan
Photo source: Shutterstock
Keinginan besar untuk membuat minuman yang mirip dengan bir tetapi tidak memabukkan membuat orang Betawi berpikir keras. Bir dengan warnanya kemerahan akhirnya berhasil ditiru. Bir pletok dihasilkan dari campuran beberapa rempah yang menjadi bahan dasar dari minuman ini. Rempah tersebut diantaranya adalah kapulaga, cengkeh, lada, jahe, dan kulit kayu secang. Kulit kayu secang inilah yang membuat bir pletok berwarna merah. Karena terdiri dari bermacam rempah inilah, bir pletok Jakarta memiliki khasiat bagi tubuh manusia. Selain menghilangkan haus, khasiat bir pletok Jakarta diantaranya adalah memperlancar peredaran darah, mengatasi nyeri lambung, memulihkan radang sendi, mengobati migran, mengobati flu, hingga menghangatkan badan. Aroma dari bir yang satu ini juga sangat tajam. Perpaduan antara wangi pedas dan manis dari berbagai rempah menghasilkan sebuah aroma yang khas di hidung ketika dihirup. Aroma ini akan membuat kalian seakan “terbangun” dan kembali bersemangat. Pada awalnya, bir pletok sangat cocok dinikmati dalam keadaan hangat. Hal ini tidak terlepas dari beberapa khasiat yang dimiliki bir ini bagi tubuh manusia. Namun, dalam perkembangannya, bir pletok juga bisa dihidangkan dalam keadaan dingin, karena bisa dinikmati sebagai pelepas dahaga.Hilang Dimakan Zaman
Photo source: genpi.co
Seperti beberapa makanan atau minuman khas daerah Indonesia lainnya, bir pletok Jakarta sudah mulai menghilang. Salah satu penyebab dari mulai menghilangnya minuman yang satu ini adalah ketika pemerintah provinsi DKI Jakarta pada sekitar tahun 1970an melegalisasi minuman keras di Jakarta. Pada awalnya, bir tersebut diimpor dari Filipina dan Belanda. Namun, pemprov DKI Jakarta kemudian memutuskan untuk mendirikan sebuah perusahaan produsen bir di Jakarta. Hal tersebut kemudian membuat bir pletok Jakarta mulai tergantikan oleh bir yang asli. Orang-orang lebih memilih untuk menikmati bir beralkohol dibandingkan dengan bir yang memiliki banyak manfaat bagi tubuhnya. Tergantikannya peran bir pletok Jakarta juga kemudian membuat produsen bir pletok satu per satu gulung tikar. Jumlah bir pletok yang diproduksi tidak sebanding dengan jumlah yang terjual. Lama kelamaan modal yang dikeluarkan oleh produsen-produsen ini juga habis dan tidak mendapatkan keuntungan sama sekali.Eksklusif di Lingkungan Betawi
Photo source: jakarta-tourism.go.id
Mulai menghilangnya bir pletok Jakarta coba diselamatkan oleh orang Betawi. Mereka tidak ingin minuman khas dari daerah mereka menghilang begitu saja dan tidak meninggalkan warisan untuk anak cucu mereka. Beberapa produsen bir pletok sampai saat ini masih tetap bertahan, meskipun mau tidak mau mereka harus memotong jumlah produksi bir pletok mereka. Bir pletok Jakarta masih dapat kalian temukan di beberapa tempat ini.