Mendengar kata Petak Sembilan pasti akan langsung terbayang di benak kalian apa saja yang akan kalian temukan disana. Dikenal sebagai salah satu kawasan yang mayoritas masyarakatnya memiliki keturunan tiongkok, Petak Sembilan bertransformasi menjadi salah satu destinasi utama dalam wisata kuliner makanan khas Tiongkok.
Tempatnya yang berada di sebuah gang kecil tidak menyurutkan niat dari banyak orang untuk mengunjungi Petak Sembilan.
Banyak tempat makan yang membuka gerainya di Petak Sembilan. Mulai dari restoran menengah ke atas hingga jajanan pinggir jalan dapat kalian temukan disana. Yang menarik adalah kalian bisa menemukan jajanan khas Tiongkok yang jarang bisa kalian temukan di tempat lain, seperti cong fan, mipan, atau kuo tieh.
Penasaran dengan sejarah kuliner di Petak Sembilan dan bagaimana perjalanannya hingga saat ini? Simak ceritanya berikut ini!
Berawal dari Sebuah Benteng
Tidak bisa dipungkiri, leluhur dari masyarakat etnis Tionghoa di Jakarta, khususnya Glodok, berasal dari Tiongkok.
Awalnya pada sekitar tahun 1630-an di sekitaran Glodok dibangun sebuah benteng kecil berbentuk bujursangkar yang diberi nama Buuren. Benteng ini dibangun oleh VOC untuk menghalau serangan dari Kerajaan Mataram dan Banten.
Photo source: Arsip Nasional RI
Pada sekitaran tahun ini pula orang-orang dari dataran Tiongkok mulai berdatangan ke Batavia. Seperti kebanyakan orang lainnya, orang-orang Tiongkok pada awalnya datang dengan misi berdagang. Terlebih, Indonesia memiliki banyak ragam sumber daya yang menjadi nilai tambah perdagangan.
Lama kelamaan, Gubernur Jenderal VOC mulai tertarik dengan orang Tiongkok ini. Mereka memiliki pandangan bahwa orang-orang Tiongkok adalah bangsa yang ulet, rajin dan suka bekerja. Selain itu ada anggapan bahwa tak ada tenaga yang lebih cocok untuk tujuan VOC selain orang Tiongkok.
Untuk itulah orang Tiongkok kemudian mulai dipekerjakan oleh VOC dan diberikan tempat tinggal. Sejarah mencatat, orang-orang Tiongkok ini mendiami daerah selatan dari benteng yang dibuat oleh VOC di sekitaran Glodok.
Terusir dari Tanah Kelahiran
Kecintaan VOC pada orang Tiongkok nyata nya tidak berlangsung lama. Tepatnya di bulan Oktober 1740, menjadi tahun buram penuh darah bagi orang-orang Tionghoa.
Orang-orang Tiongkok yang sudah lama berdiam di Jakarta ini kemudian berkeluarga dengan masyarakat asli Indonesia. Anak-anak mereka lah yang akhirnya dikenal luas sebagai etnis Tionghoa.
Photo source: Istimewa
Orang-orang Tionghoa kemudian dianggap sumber masalah sosial di sekitar kota Jakarta oleh orang Belanda. Tanpa sebab yang jelas, serdadu VOC mulai membunuhi orang Tionghoa dan kemudian terjadi pemberontakan di utara Jawa.
Bahkan, setelah Baron van Imhoff menjadi Gubernur Jenderal di Batavia, warga etnis Tionghoa dipusatkan di satu tempat di luar Benteng yang sekarang dikenal dengan Glodok.
Munculnya Petak Sembilan
Merupakan salah satu kawasan yang berada di area Glodok, nama Petak Sembilan muncul begitu saja. Tidak ada yang mengetahui pasti darimana nama Petak Sembilan ini muncul.
Setidaknya ada 2 pendapat utama yang sering dijadikan sebagai pedoman utama jika seseorang ingin mengetahui sejarah dari Petak Sembilan.
Pertama, nama Petak Sembilan ini muncul karena pada awalnya hanya ada 9 rumah yang berdiri di kawasan ini. Di ujung jalan terdapat sebuah rumah milik saudagar kaya yang sering dijadikan tempat nongkrong dan meminum kopi di kawasan ini.
Sedangkan pendapat lain menyatakan nama wilayah Petak Sembilan pada awalnya adalah Tanah Lapang. Hal ini dikarenakan pada awalnya daerah ini merupakan sebuah lapangan yang sangat luas tanpa ada bangunan apapun yang berdiri di atasnya.
Kuliner Petak Sembilan
Banyaknya orang Tiongkok yang akhirnya tinggal dan bermukim di Glodok secara tidak langsung juga datang membawa kebudayaan dari tana asalnya.
Glodok dipilih karena merupakan salah satu kawasan yang tidak jauh dari pelabuhan sehingga memudahkan aktivitas utama mereka, berdagang. Setelah ramai didiami pun, di kawasan Glodok ini muncul pasar yang akhirnya sangat ramai dikunjungi setiap harinya sehingga membuat kawasan yang satu ini hidup.
Akulturasi budaya yang terjadi antara orang Tiongkok dan orang lokal Jakarta menghasilkan beberapa makanan dan minuman yang justru menjadi ciri khas kawasan ini.
Meskipun sudah dikenal lama sebagai Chinatown jakarta, nyata nya baru beberapa tahun belakangan ini beberapa restoran di kawasan Petak Sembilan mendapat ekspos yang lumayan ramai. Hal ini salah satunya dikarenakan kawasan ini beberapa tahun lalu dikunjungi Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo.
Jika kalian mengenal nama kedai kopi Tak Kie, ketahuilah bahwa sebenarnya kedai ini sudah berdiri semenjak tahun 1927. Baru beberapa tahun belakangan ini sajian kopi di kedai ini menjadi sebuah hits dan dicari oleh banyak orang.
Selain itu, juga ada kedai lontong Sayur gloria. Meskipun tidak mendapat ekspos sebesar kedai kopi Tak Kie, namun kedai yang satu ini merupakan sebuah hidden gem di kawasan Petak Sembilan. Jika biasanya lontong sayur hanya disajikan dengan perpadua antara lontong dan sayur, disini lontong sayurnya disajikan juga dengan daging ayam yang porsinya cukup besar.
Mau mencicipi kuliner khas Tiongkok? Kalian bisa mencoba kedai Kuo Tieh Ncek Santung 68. Kuo Tieh adalah salah satu sajian yang mirip dengan gyoza. Di Ncek Santung 68 kalian bisa mencoba Kuo Tieh yang memiliki kulit luar cukup crispy dengan isian daging babi yang cukup banyak.
Nah, jika kalian permen-permen atau manisan yang biasanya hanya kalian temui saat perayaan Imlek, kalian bisa menemukannya di Petak Sembilan. Di pasar Petak Sembilan dijual berbagai benda yang berhubungan dengan kebudayaan Tiongkok, salah satunya adalah manisan tersebut.
Begitu panjang perjuangan etnis Tionghoa di Indonesia. Mulai dari awal kedatangan yang disambut baik hingga akhirnya saat ini bisa hidup berdampingan dengan masyarakat asli Indonesia. Berbagai kuliner khas Tiongkok maupun hasil akulturasi budaya yang muncul di Petak Sembilan dapat kita nikmati sambil belajar sejarah awal etnis Tionghoa di Indonesia.