Lokasi yang Strategis
Stack membuka kedai pertamanya di kawasan selatan Jakarta. Yang menarik, mereka membuka kedai bukan di kawasan pusat kuliner seperti Senopati atau Kemang, melainkan di daerah Wijaya.
Membuka kedai di kawasan ini sebenarnya merupakan sebuah langkah cerdas dari Stack. Di daerah Wijaya masih jarang bisa ditemukan kedai ataupun restoran yang menjual makanan unik. Dengan membuka kedai di sini membuat Stack tidak memiliki lawan berarti.
Sayangnya, Stack memiliki kedai yang berada di pojok sebuah ruko. Ini membuat Stack tidak terlalu bisa dilihat langsung dari jalan raya. Terlebih, Stack juga tidak memiliki logo penunjuk nama restoran yang berukuran besar.
Ambiance yang Tak Seperti di Tengah Kota
Stack memiliki kedai yang terdiri dari dua lantai. Lantai pertama digunakan sebagai dapur dan kasir. Sedangkan lantai kedua adalah tempat makan bagi para pembeli.
Kedai yang dimiliki Stack ini sebenarnya tidak terlalu luas, tetapi Stack mampu menyulap kedainya hingga seakan kedai tersebut luas. Penataan kursi, meja, dan tanaman memegang peranan penting untuk melakukan hal ini. Tanaman yang begitu rimbun juga sangat membantu memberikan kesan teduh dan nyaman sehingga setiap orang akan betah duduk dalam waktu cukup lama.
Untuk tempat makan di lantai dua ini, Stack Jakarta membaginya ke dalam dua wilayah, yaitu indoor dan outdoor. Dalam ruangan indoor sudah jelas menggunakan pendingin udara sehingga tidak perlu khawatir akan kegerahan. Penggunaan warna teduh dalam dinding semakin menambah kesan adem dalam ruangan itu. Yang hebat, ruangan outdoor Stack juga mampu memberikan kesan teduh. Semua tidak terlepas dari rimbunnya tanaman yang memang sengaja digantung.
Overall, ambiance dari Stack adalah salah satu yang terbaik untuk kedai yang tidak terlalu besar. Jika kalian berkunjung, dijamin pastinya akan betah untuk berada di sana dalam waktu yang cukup lama.
Sandwich Kekinian yang Unik
Tren sandwich kekinian memang sedang naik beberapa saat belakangan ini. Namun, tampaknya belum ada kedai lain yang mengikuti cara Stack dalam menjual produknya ke pasar.
Stack memilih untuk menggunakan isian yang selama ini masih jarang atau bahkan belum pernah digunakan sebagai isian sandwich. Bayangkan saja, mereka menjual wagyu sebagai salah satu menunya. Selain itu, ada juga se’i yang tengah meningkat pamornya dan lobster yang memiliki tingkatan rasa di atas udang.
Pada kesempatan kali ini, kami mencoba dua menu utama dari Stack Jakarta, yaitu Lobster Stack dan Se’i Stack.
Lobster Stack
Lobster sebagai isian sandwich tampaknya sudah bukan menjadi mimpi lagi. Stack Jakarta mampu mewujudkan salah satu impian tersebut. Lobster yang digunakan dalam menu ini berukuran kecil dan memiliki rasa dasar yang manis. Ini menandakan bahwa Stack menggunakan lobster yang masih segar dalam makanannya.
Untuk menemani kalian menikmati Lobster Stack, Stack memberikan tiga pilihan saus. Karena kami memilih saus original maka rasa asam akan samar terasa. Rasa asam ini berasal dari saus lemon yang sengaja memang diselipkan di antara lobster di dalam roti.
Bicara mengenai porsi lobster, Stack tidak malu-malu dalam memberikan lobster. Isiannya begitu padat dan memenuhi roti yang sebenarnya memiliki ukuran yang cukup besar. Menurut kami dengan harga Rp85.000 Lobster Stack ini sudah sangat sesuai dengan apa yang akan kalian dapatkan.
Se’i Stack
Se’i yang merupakan salah satu makanan khas yang berasal dari Nusa Tenggara Timur perlahan mulai naik pamornya. Mulai banyak restoran ataupun kedai yang menjual se’i sebagai salah satu menu yang bisa dinikmati.
Melihat hal itu Stack juga tidak ingin ketinggalan dengan meluncurkan Se’i Stack. Hanya dengan Rp77.000 untuk setiap porsi, kalian sudah bisa menikmati se’i dalam balutan roti yang berukuran tebal sebagai pengganti nasi. Seperti Lobster Stack, porsi dari Se’i Stack juga cukup besar dan cukup membuat perut kalian begah.
Menariknya, dalam menyediakan se’i ini, Stack bekerjasama dengan Se’ilera Sei Sapi. Se’ilera sendiri memang sudah lama dikenal menjual berbagai se’i dengan rasa yang autentik. Perpaduan antara dua kedai ini akhirnya melahirkan sebuah makanan baru yang unik dan masih jarang bisa ditemukan.
Untuk se’i-nya sendiri terasa sedikit asin, tetapi masih dalam batas wajar. Dagingnya juga tidak alot dan cenderung juicy. Ini dikarenakan se’i-nya dimasak dalam waktu yang tepat.
