Inside Story

Perbedaan Serabi Solo dan Surabi Bandung, Mana Lebih Enak?

by Anindita Budhi | May 07, 2025

Perbedaan Serabi Solo dan Surabi Bandung, Mana Lebih Enak?

Serupa tapi tak sama, ternyata perbedaan serabi Solo dan surabi Bandung cukup banyak. Walau namanya terdengar mirip, tetapi karakteristik masing-masing jajanan tradisional tersebut jauh berbeda.

Apa saja yang membedakan keduanya satu sama lain? Yuk, simak ulasan perbedaan serabi Solo dan surabi Bandung berikut ini.

Hasil Modifikasi Apem

Sama-sama berasal dari Tanah Jawa, beberapa pakar kuliner meyakini bahwa serabi atau surabi merupakan hasil modifikasi apem. Masyarakat telah mengenal apem sejak akhir era Majapahit, Mataram Kuno (Hindu-Buddha), dan lalu dilestarikan pada zaman Mataram Islam.

Serat Centhini (1814–1823) pun menyebutkan keberadaan apem dan serabi sebagai jajanan kuliner pada zaman tersebut. Memasuki era Hindia Belanda, para penjajah menamai apem sebagai panekuk. Apem memang menyerupai panekuk berbentuk mangkuk, dibuat dari hasil fermentasi adonan beras dan santan.

Meskipun begitu, keberadaan apem sebagai sesajen dalam ritual upacara tradisional Jawa sudah melekat. Orang Jawa menganggap kue ini lebih dari sekadar makanan, tetapi mewakili bentuk doa untuk mendapat pengampunan dan perlindungan.

perbedaan-serabi-solo-dan-surabi-bandung-1

Photo source: @terkenangrasa

Adalah Hoo Gek Hok dan Tan Giok Lan yang semula memproduksi kue apem pada 1923 di Jalan Veteran dan kemudian pindah ke Jl. Moh. Yamin, Solo. Suatu ketika ada permintaan pelanggan yang ingin apem berbentuk pipih. Kue inilah yang kemudian bernama serabi. Seiring berjalannya waktu, kue hasil modifikasi apem tersebut justru lebih disukai pelanggan.

Hingga kini, Serabi Notosuman menjadi salah satu ikon oleh-oleh khas Solo. Bisnis serabi Hoo Gek Hok dan Tan Giok Lan pun dilanjutkan turun temurun dan sekarang diteruskan oleh kakak beradik Handayani dan Lidia.

Jika Handayani meneruskan usaha kakeknya di tempat lama, maka Lidia membuka gerai tak jauh dari situ. Kedua Serabi Notosuman inilah yang paling terkenal di Solo dan konsisten membuat serabi dalam dua rasa: polos dan bertabur cokelat.

Perbedaan Serabi Solo dan Surabi Bandung

Lalu, apa saja yang membedakan serabi Solo dan surabi Bandung?

Bahan

Meski sama-sama berbahan tepung beras, tekstur adonan keduanya sedikit berbeda. Serabi Solo memakai campuran tepung beras yang lebih encer sehingga tekstur akhir serabi lebih lembut.

Sementara itu, surabi Bandung memiliki adonan yang lebih kental. Kadang adonan tersebut ditambah sedikit terigu sehingga menciptakan tekstur yang lebih padat dan berpori.

perbedaan-serabi-solo-dan-surabi-bandung-2

Photo source: @whatsnewbandung_

Wajan yang digunakan

Baik serabi Solo maupun surabi Bandung sama-sama dimasak bersamaan di atas deretan kompor dan wajan. Namun, wajan yang digunakan berbeda.

Serabi Solo menggunakan wajan baja. Ada juga penjual yang memilih memakai penutup wajan dari tanah liat. Semula penjual serabi Solo memakai tungku tanah liat, tetapi saat ini mayoritas sudah beralih ke kompor. Jumlah tungku atau kompor pun berbeda-beda di setiap penjual.

Di sisi lain surabi Bandung masih mengandalkan wajan dan tungku berbahan tanah liat. Penggunaan kompor mulai lazim dijumpai, tetapi wajan tanah liat masih jadi kunci keaslian rasa surabi.

perbedaan-serabi-solo-dan-surabi-bandung-3

Photo source: @bunda_ghaida

Cara memasak

Proses memasak keduanya pun serupa tapi tak sama. Pada serabi Solo, adonan dituang ke wajan. Lalu, diberi santan pada bagian tengah, barulah wajan ditutup. Dalam kondisi setengah matang, taburan atau topping diberikan di atas serabi, kemudian wajan ditutup lagi.

Nah, surabi Bandung tidak memerlukan tambahan santan saat dimasak. Setelah adonan dituang, wajan ditutup. Jika memakai oncom atau taburan lain, topping dituang di atas surabi setengah matang, lalu ditutup lagi hingga bagian bawahnya berwarna kecoklatan.

perbedaan-serabi-solo-dan-surabi-bandung-4

Photo source: @dosenkuliner

Tekstur kue

Penambahan santan pada serabi Solo menghasilkan bagian tengah kue yang lebih tebal. Aroma dan rasa santan begitu kuat, tetapi ada sensasi lembut sekaligus lumer di mulut saat digigit. Bagian tepi serabi pun lebih tipis dan berwarna kecoklatan saat matang.

Sebaliknya, tampilan surabi Bandung cenderung bundar. Namun, ukuran surabi sedikit lebih tipis dan permukaannya berpori–mirip pancake. Bagian bawah surabi terlihat kecokelatan karena “terpanggang” di dalam wajan tanah liat.

perbedaan-serabi-solo-dan-surabi-bandung-5

Photo source: @jktfoodfighter

Penyajian

Penyajian serabi dan surabi juga berbeda lho. Setelah serabi Solo matang, biasanya langsung dilipat dan digulung daun pisang dalam kondisi hangat.

Cara demikian membuat aroma santan dan daun pisang tercium saat menikmati serabi. Lalu, penjual mengemas serabi yang telah rapi dalam kotak. Kamu tinggal menyantapnya begitu saja tanpa perlu piring atau sendok.

Surabi justru disajikan dalam keadaan terbuka seperti pizza di atas piring. Ada pula surabi yang disantap bersama kinca, kuah santan yang dimasak dengan gula merah.

perbedaan-serabi-solo-dan-surabi-bandung-6

Photo source: @vsamperuru

Varian rasa

Serabi Solo original tanpa tambahan taburan masih jadi varian favorit. Untuk memenuhi permintaan pasar, kini hadir serabi Solo dengan aneka topping. Mulai dari keju, coklat meises, nangka, pisang, hingga durian.

Surabi Bandung yang asli hanya hadir dalam dua jenis, yaitu surabi oncom (berwarna putih dengan taburan oncom) dan surabi kinca (berwarna hijau pandan disajikan dengan kinca). Namun, inovasi juga merambah surabi Bandung dan menghasilkan ragam rasa surabi–manis, pedas, dan asin, dengan berbagai topping sesuai selera masing-masing.

perbedaan-serabi-solo-dan-surabi-bandung-7

Photo source: @duniakulinerbdg

Menikmati Serabi dan Surabi di Kota Asalnya

Setelah mengetahui perbedaan serabi Solo dan surabi Bandung, di mana tempat terbaik untuk menikmati kudapan tradisional ini? Berikut tempat serabi dan surabi enak di kota asal masing-masing.

Serabi Solo

Serabi Notosuman Ny. Handayani adalah pionir serabi Solo yang kita kenal sekarang. Telah buka sejak tahun 1923, serabi ini juga punya cabang di beberapa kota lho. Selain itu, ada juga Serabi Notosuman Ny. Lidia dan Serabi Notosuman H. Oemar yang tak kalah lezat. Kamu bisa cek daftar serabi Solo terkenal di sini.

perbedaan-serabi-solo-dan-surabi-bandung-8

Photo source: @jktfoodead

Surabi Bandung

Sedangkan di Bandung Surabi Enhaii menjadi salah satu tempat makan surabi paling populer dan buka 24 jam. Di sini kamu bisa menemukan surabi dalam berbagai topping tradisional maupun kekinian.

Kemudian, ada Surabi Cihapit sebagai tempat nongkrong favorit warga Bandung sejak 1990-an. Coba intip daftar tempat makan surabi di Bandung paling laris di sini.

perbedaan-serabi-solo-dan-surabi-bandung-9

Photo source: @teh.irna

Demikian perbedaan serabi Solo dan surabi Bandung yang sudah tampak jelas dari karakteristik masing-masing. Soal mana yang lebih enak tentu kembali ke selera masing-masing. Keduanya sama-sama telah mengalami inovasi dan melahirkan varian baru dengan taburan atau topping kekinian.

Namun, citarasa serabi maupun surabi tradisional tak pernah tertandingi kelezatannya. Sedap disantap bersama kopi atau teh, sah-sah saja kalau kamu menyukai kedua jajanan pasar ini. Apakah kamu sudah pernah mencoba serabi dan surabi?