Photo source: @miojkt
Sejarah kuliner Jakarta dapat kamu jumpai melalui eksistensi restoran legendaris yang masih berdiri hingga kini. Bahkan, ada juga restoran tertua di Jakarta yang tahun ini genap berusia satu abad!
Rahasia mereka bertahan melewati zaman tentu bukan cuma konsistensi rasa. Ada manajemen yang tertata hingga kejelian memanfaatkan media sosial. Lantas, mana saja restoran tertua di Jakarta yang masih dikunjungi pelanggan setianya sampai sekarang?
1. Wong Fu Kie (1925)
Menyajikan hidangan Hakka autentik, dahulu Wong Fu Kie pertama kali berdiri di daerah Pecinan di Kongsi Besar pada 1925. Kemudian, restoran ini pindah ke tempatnya sekarang pada 1970-an. Tjokro Kusnadi menjadi penerus generasi ketiga sejak 1990-an hingga berusia satu abad.
Meski tersembunyi di dalam gang, banyak pencinta kuliner rela blusukan demi mencicipi kelezatan masakan Hakka yang gurih dan sedikit manis. Walau sudah berdiri satu abad, rasa yang tersaji tetap konsisten, mendatangkan sensasi nostalgia bagi pelanggannya.
Mun Kiauw Mien adalah menu andalan Wong Fu Kie. Berupa bakmi dengan kuah kental, satu porsi sudah lengkap dengan potongan udang, daging babi, batang kemangi, jamur, dan pangsit goreng.
Ada juga Wong San Fumak, yakni sayur fumak yang dimasak bersama belut. Penggunaan tape merah memberi aroma dan rasa manis gurih yang unik. Benar-benar hidangan legendaris!
Photo source: @dapurgabutoweh
Lokasi: Jl. Perniagaan Timur II/22 (Pasar Pagi Lama), Roa Malaka, Tambora, Jakarta Barat
2. Kopi Es Tak Kie (1927)
Walaupun outlet Kopi Es Tak Kie sudah tersebar di seantero Jakarta, tidak ada yang bisa mengalahkan vibes nostalgia di tempat aslinya. Menjadi salah satu primadona wisata kuliner Gang Gloria, Kopi Es Tak Kie menawarkan suasana vintage kopitiam tempo doeloe.
Hanya tersedia dua jenis kopi: kopi hitam dan kopi susu, minuman ini bisa disajikan panas atau dingin. Tipikal kopi yang ringan sehingga cocok dinikmati kamu yang bukan anak kopi banget.
Kamu pun bisa pesan makanan di kios makanan di luar, seperti Kari Lam. Boleh juga cicipi hidangan Kopi Es Tak Kie, seperti Nasi Campur yang komplit dengan sate babi, Swekiau yang gurih, dan Nasi Tim lembut.
Photo source: @kopiestakkieglodok
Lokasi: Jl. Pintu Besar Selatan III Gang Gloria No. 4, Pinangsia, Taman Sari, Jakarta Barat
3. Kikugawa Restaurant (1969)
Tidak banyak yang tahu bahwa restoran Jepang tertua di Jakarta adalah Kikugawa Restaurant. Didirikan oleh Terutake Kikuchi, mantan tentara Jepang yang menikah dengan wanita keturunan Manado, Amelia Paat, kamu akan menikmati hidangan Jepang autentik dengan rasa rumahan.
Restoran ini memang tidak lagi menempati bangunan lamanya, tetapi suasana Jepang klasik tetap terpelihara baik. Bahkan, rasa hidangannya tetap sama walau sudah puluhan tahun.
Kamu bisa pesan Ume Set untuk mencicipi berbagai menu: sup miso, salmon sashimi, tempura, salmon sushi, sukiyaki, dan yakitori. Coba juga Salmon Gyoza yang jarang dijumpai. Rasa sederhana dan pas di lidah, didukung bahan-bahan terbaik yang bikin kamu serasa di Jepang.
Please note, Kikugawa buka pada dua sesi. Jam makan siang berlangsung pukul 11.30–14.30, sedangkan jam makan malam pukul 17.30–21.00. Jangan salah jam ya!
Photo source: @kikugawa_jkt
Lokasi: Jl. Cikini IV No. 20, Menteng, Jakarta Pusat
4. Restoran Trio (1947)
Identik dengan warna hijau, Restoran Trio berdiri sejak 1947 dan konsisten menghidangkan masakan Cina bergaya Kanton. Secara keseluruhan ruang restoran ini tampak sederhana dan masih memakai kipas angin. Namun, nuansa jadul itulah yang banyak dicari.
Apalagi, masakan yang tersaji benar-benar Cantonese Chinese food sesungguhnya. Dengan sekitar 320 menu masakan (belum termasuk minum), ada banyak makanan legendaris yang mesti kamu nikmati.
Lumpia Udang dengan saus asam manis jadi primadona. Begitu juga dengan Capcay Seafood, Nasi Goreng, Gohyong, Kodok, dan Babi Goreng Tepung. Acar timun turut melengkapi sekaligus menambah citarasa setiap suapan.
Sama seperti Kikugawa, Restoran Trio memiliki jam buka layaknya restoran Cina jadul. Jam makan siang berlangsung pukul 10.00–14.00, sedangkan makan malam pukul 17.00–21.00.
Photo source: @miojkt
Lokasi: Jl. RP Soeroso No. 29A, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat
5. Gado Gado Bon Bin (1960)
Dinamakan Gado Gado Bon Bin karena dulu bersebelahan dengan Kebun Binatang Cikini yang kemudian pindah ke Ragunan. Alih-alih gado-gado uleg, kamu justru disajikan gado-gado siram dengan saus kacang lembut dan lebih cair.
Tempatnya pun nggak banyak berubah sehingga nuansa jadul masih terpancar. Menyantap Gado Gado Bon Bin di tempat sungguh membawamu kembali ke masa lalu.
Selain gado-gado, tersedia pula Lontong Cap Gomeh dan Asinan. Jangan lewatkan segarnya Es Cendol Merah Muda khas Bon Bin untuk “mencuci mulut” setelah melahap gado-gado sampai tandas.
Photo source: @belanga.id
Lokasi: Jl. Cikini IV No. 5, Menteng, Jakarta Pusat
6. Ragusa (1932)
Bermula dari es krim yang dijual menggunakan gerobak di Pasar Gambir pada 1932, Ragusa Es Krim Italia terus menjaga eksistensinya sampai detik ini. Sepulangnya keluarga Italia yang meracik es krim ini, Ragusa pun diserahkan kepada keluarga Hj. Sias Mawarni Saputra.
Banyak memorabilia Ragusa dari masa ke masa. Mulai dari mesin kasir jadul, mesin pembuat es krim, hingga kursi rotan eksotik. Tempatnya tidak banyak berubah, mampu mengisi kembali memori masa lalu para pelanggan yang datang.
Meski sama-sama berasal dari Italia, Ragusa menyajikan es krim yang berbeda dengan gelato. Es Krim Ragusa menggunakan susu sapi segar dan diproduksi setiap hari. Kesegaran es krim terjaga, manisnya pun pas sehingga tidak terasa eneg. Spaghetti Ice Cream jadi favorit karena penyajian unik serta taburan topping sukade dan kacang untuk variasi tekstur. Worth to visit!
Photo source: @kazeharaa
Lokasi: Jl. Veteran I No. 10, Gambir, Jakarta Pusat
7. Maison Weiner (1936)
Memasuki Maison Weiner, kamu akan mendapati suasana kuno yang memenuhi setiap sudut ruangan. Tentu saja etalase berisi aneka kue dan roti yang selalu baru setiap hari dengan rasa yang tak perlu diragukan.
Namun, kamu masih bisa melihat meja kursi, mesin pengaduk, etalase, dan deretan foto lawas yang penuh sejarah. Jika beruntung, kamu dapat berjumpa dengan generasi ketiga yang juga menjadi legenda di dunia bakery Indonesia, Heru Laksono.
Saucijsbrood, Ontbitjkoek, Roemhoren, Dreidkortbrod, dan Chicken Pie baru sekian dari varian roti yang menarik dicoba. Tak ketinggalan aneka Sourdough yang dibuat tanpa bahan pengawet, tetapi memiliki rasa enak dan lebih sehat. Tertarik?
Photo source: @herfoodtales
Lokasi: Jl. Kramat II No. 2, Kwitang, Senen, Jakarta Pusat
8. Siauw A Tjiap (1923)
Salah satu restoran tertua di Jakarta berikutnya adalah Siauw A Tjiap. Berdiri tahun 1923, restoran ini menyajikan masakan Hakka yang masih dicari pelanggan setianya. Dahulu lokasi Siauw A Tjiap ternyata ada di Pancoran, Glodok, tetapi pindah ke kawasan Pluit pada 1985.
Kini pengelolaan restoran dijalankan oleh generasi ke-3 dan ke-4. Bakmi Goreng adalah menu andalan Siauw A Tjiap, ditumis dengan kucai dengan mie kuning basah dan aroma tumisan semerbak. Gurih sedap sayuran, mie, kucai, dan irisan dagingnya nikmat sekali.
Siauw A Tjiap terkenal sebagai restoran keluarga sehingga makan tengah adalah praktik lazim. Selain Bakmi Goreng, pelanggan setia selalu menyukai sedapnya Ikan Gurame Tahu Tausi, Ayam Rebus, Babi Hong, Babi Kuluyuk, sampai berbagai olahan Swikee alias Kodok,
Photo source: @emapratama
Lokasi: Jl. Pluit Kencana Raya No. 68, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara
9. Restoran Eka Ria (1925)
Kalau ada restoran jadul yang terus berkembang bersama zaman, Eka Ria jawaranya. Adalah Tjoeng Tan, sang pendiri asli Cina yang mendirikan Jit Lok Jun, nama restoran ini dulu di kawasan Pecinan, Glodok pada 1925. Baru tahun 1970 restoran pindah ke Gedung Linedeteves dan memakan nama Eka Ria Restaurant.
Pada 1984–1986 operasional restoran sempat bergeser ke Batu Ceper hingga gedung restoran di Petojo Utara selesai dibangun. Sejak 1987 sampai sekarang, Restoran Eka Ria masih eksis berdiri menyajikan hidangan Kanton Peranakan yang dicintai pelanggan lintas generasi.
Burung Dara Jit Lok Jun dengan racikan khusus menjadi menu andalan Eka Ria. Begitu juga Angtomie, mie halus dengan daging kepiting, atau Sate Shanghai, sate daging babi panggang yang disajikan dengan mantao.
Akhiri sesi santapmu dengan Nasi Manis, kudapan bercitarasa manis legit gurih. Resep klasik yang masih digemari semua kalangan. Semua hidangan yang tersaji sungguh baik untuk tubuh serta menghangatkan jiwa dengan nuansa nostalgia kental.
Photo source: @gowith.thrills
Lokasi: Jl. KH Zainul Arifin No. 21A, Petojo Utara, Gambir, Jakarta Pusat
10. RM Sepakat (1967)
Salah satu rumah makan Padang tertua di Jakarta ini tersembunyi di antara kuliner kekinian kawasan Blok M. Berdiri sejak 1967, RM Sepakat selalu ramai pembeli lintas generasi: orang tua, anak dan cucu.
Generasi kedua yang meneruskan usaha pasangan H. Sofidar St Mudo dan Hj. Syamsidar pun masih mempertahankan bumbu racikan orang tuanya. Setiap hari usai fajar, hidangan yang sudah dimasak di rumah keluarga dikirimkan ke Blok M dan kios mereka di Pasar Mayestik.
Gulai Gajeboh jadi bintangnya, berupa lemak brisket lembut yang dimasak dengan saus asam padeh. Disajikan bersama nasi, irisan timun, dan sambal hijau, Gulai Gajeboh selalu ludes lebih cepat. Namun, jangan lewatkan juga Ikan Bawal Bakar dan Gulai Tunjang yang nikmat disantap bersama nasi panas. Secuil nostalgia yang bisa kamu rasakan di Blok M.
Photo source: @foodishtinct
Lokasi: Jl. Melawai 9, Melawai, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Berkelana ke restoran tertua di Jakarta serasa kembali ke masa lampau menggunakan mesin waktu kuliner. Deretan hidangan yang masih lestari dengan rasa konsisten tetap mencuri hati para pelanggan setia dari generasi berbeda.
Cocok dimasukkan dalam agenda kulineran kamu kali ini, mana restoran tertua di Jakarta yang akan kamu kunjungi lebih dulu?