Food

Sejarah Cendol, Dessert Manis yang Jadi Bahan "Debat"

by Danang Lukmana | October 18, 2021

Sejarah Cendol, Dessert Manis yang Jadi Bahan "Debat"
Nibblers, apa nih yang kalian ketahui tentang sejarah cendol? Sajian dessert dan minuman manis yang sering dijumpai di Tanah Air ini sempat jadi bahan perdebatan sengit lho. Hal tersebut gak terlepas dari ditetapkannya cendol sebagai satu dari 50 makanan penutup atau dessert paling lezat di dunia. Nah, yang dianggap bermasalah adalah CNN Travel selaku pembuat polling tersebut, menulis bahwa cendol berasal dari Singapura. Sontak saja timbul perdebatan terkait hal tersebut. Pasalnya di negara Asia Tenggara lain seperti Indonesia dan Malaysia, cendol juga sangat umum dijumpai sebagai dessert lezat menyegarkan. Lalu sebenarnya bagaimana sih sejarah dan asal-usul dari cendol? Yuk simak dulu beberapa penjelasan di bawah ini!

Asal-Usul Sejarah Cendol dari Pulau Jawa?

Dilansir CNN Indonesia, pakar kuliner Murdijati Gardjito menerangkan bahwa bahan baku cendol yang dari tepung beras, menandakan panganan ini berasal dari wilayah penghasil beras. Sejarawan Heri Priyatmoko juga menuturkan bahwa kemungkinan besar cendol berasal dari Indonesia. Hal tersebut dikarenakan karakteristik masyarakat agraris penghasil beras sangat mendukung terciptanya produk cendol tersebut.

source: istockphoto

Argumentasi yang lain merujuk bahwa cendol berasal dari Pulau Jawa karena masyarakat suku Jawa mengenal kuliner dawet yang sangat mirip dengan cendol. Kata “dawet” sendiri tercatat dalam naskah Jawa awal abad ke-19 tepatnya tahun 1814 dalam Serat Centhini.  Secara umum dawet mengacu pada cendol hijau dari aren sagu atau tepung beras yang diberi santan dan gula Jawa cair. Penyebutan cendol sendiri lebih dominan merujuk dari kata dalam Bahasa Sunda di Jawa Barat, yakni “jendol” ataupun “endol-endol”. Di mana pengertian tersebut digunakan untuk menggambarkan adonan seperti jelly yang keluar dari cetakannya. Makna jendol sendiri juga bisa merujuk dari bentuknya yang seperti cacing hijau gendut. Dawet maupun cendol dalam Budaya Jawa bahkan bukan sebatas bahan minuman penghilang haus biasa. Cendol atau dawet mempunyai makna kultural tersendiri dalam prosesi adat pernikahan. Dalam adat pernikahan Jawa ada prosesi “dodol dawet” atau jualan cendol yang menyimbolkan kemakmuran dan pendapatan dari pihak keluarga pengantin perempuan.

Menyebar ke Seluruh Asia Tenggara

Pakar kuliner William Wongso mengatakan bahwa bukan hal yang mengherankan jika cendol juga ditemui dan sangat populer di Singapura. Proses perdagangan antar-bangsa sejak zaman dahulu, turut menghasilkan akulturasi dan penyebaran beberapa jenis kuliner termasuk cendol. Cendol juga ditemukan di negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia, Kamboja, Timor Leste, Vietnam, Thailand, dan Myanmar.

source: istockphoto

Hal yang membedakan cendol di setiap negara adalah ragam sajian dan bahan-bahan yang ditonjolkannya. Sebagai contoh, cendol di Pulau Jawa lebih dominan menonjolkan bahan baku dari tepung beras. Sedangkan cendol di Singapura lebih dominan menggunakan bahan baku tepung hunkwe yang lebih kenyal. Bentuk sajiannya pun juga sangat berbeda di setiap negara. Di Singapura, cendol lebih disajikan sebagai dessert di restoran atau kedai dengan es krim, cincau, sagu mutiara, kacang merah, hingga leci. Di Malaysia, makanan ini disajikan dengan es serut, kacang merah, nangka, santan, dan gula merah Malaka.

Ragam Variasi Cendol Indonesia

Sejauh ini sejarah asal-usul pasti darimana panganan cendol berasal masih belum bisa dipastikan. Namun negara Indonesia sendiri punya banyak variasi jenis cendol yang bisa kita nikmati bersama. Beberapa contoh variasi cendol yang terkenal di Indonesia antara lain;

1.      Es Dawet Ayu, Banjarnegara

source: istockphoto

Sajian Es Dawet Ayu ini merupakan jenis cendol yang paling terkenal dan berasal dari Banjarnegara, Jawa Tengah. Cendol hijau cerah dari pewarna daun suji disajikan dengan gula merah cair, santan, potongan nangka dan es batu. Ciri khas pedagang dawet ayu Banjarnegara adalah terdapat dua tokoh wayang di gerobak jualannya, Semar dan Gareng.

2.      Es Dawet Telasih, Solo

source: istockphoto

Telasih merupakan sebutan untuk biji selasih yang digunakan oleh masyarakat Solo. Pedagang es dawet ini memang mudah dijumpai di sekitaran Pasar Gedhe, Kota Solo. Disajikan di atas mangkuk kecil, isiannya ada cendol hijau, tape ketan, bubur sumsum, dan biji selasih. Pemanisnya bukan dari siraman sirup gula merah, melainkan dari air larutan gula pasir.

3.      Es Dawet Ireng, Purworejo

source: istockphoto

Sajian es dawet unik ini berasal dari Purworejo, Jawa Tengah dan menggunakan cendol yang berwarna hitam. Warna hitam pada cendol ini berasal dari abu bakar jerami atau abu merang dicampur dengan air. Penyajiannya sama saja dengan es cendol lainnya dengan kuah santan dan gula merah cair. Nah itu tadi penjelasan tentang sejarah cendol. Memang sejauh ini belum ada bukti valid untuk mengklaim cendol sebagai milik suatu negara atau budaya tertentu. Daripada energi kita habis untuk meributkan hal tersebut, kita nikmati saja variasi jenis kuliner cendol yang ada. Kalau kalian sendiri lebih suka varian cendol atau dawet yang mana nih?