Inside Story

Sejarah Kopitiam, Warisan Kuliner Tionghoa di Perbatasan Asia Tenggara

by Anindita Budhi | October 03, 2023

Sejarah Kopitiam, Warisan Kuliner Tionghoa di Perbatasan Asia Tenggara

Budaya minum kopi terbilang amat populer di Asia Tenggara, terutama Malaysia, Singapura, dan Indonesia melalui kopitiam. Penamaan ‘kopitiam’ yang unik tentu bikin kita penasaran bagaimana sejarah kopitiam bermula.

Mengutip laman Nationalgeographic, kopitiam adalah perpaduan dua kata dari bahasa Melayu dan bahasa Mandarin dialek Hokkian: “kopi” dan “tiam”. Dalam lafal dialek Hokkian, kata “tiam” merujuk pada toko.

Dari segi penamaan saja sudah jelas bahwa budaya minum kopi ini merupakan warisan kuliner orang Tionghoa yang bermigrasi ke Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Namun, masing-masing negara memiliki sejarah koptiam yang sedikit berbeda.

Dirangkum dari berbagai sumber, yuk, simak seperti apa awal mula budaya minum kopi ini digemari masyarakat di ketiga negara tersebut.

Kopitiam di Malaysia

Di Malaysia, kopitiam telah hadir sejak 1800-an, seiring dengan migrasi orang Hainan dari Pulau Hainan. Saat itu, perantau Tionghoa yang berdialek Kanton, Teochew, dan Hokkien telah lebih dulu menetap dan mendominasi industri menguntungkan di Malaya. Misalnya, pertambangan, pertanian, dan perdagangan.

Orang Hainan pun berupaya mencari penghasilan alternatif. Sebagian besar dari mereka memutuskan bekerja dalam industri perhotelan di pangkalan militer maupun dapur kapal Inggris.

Gejolak ekonomi dunia memangkas lapangan kerja di hotel maupun rumah bangsa Eropa di Malaysia. Orang Hainan menggunakan kesempatan ini untuk membeli tempat dan membuka restoran kecil di seluruh negeri.

sejarah-kopitiam-1

Photo source: @staplestocks

Gaik Cheng Koo, seorang akademisi yang menulis “Kopitiam: Discursive Cosmopolitan Spaces and National Identity in Malaysian Culture and Media” mengungkapkan pemilik kopitiam biasa menyewakan sebagian tempat kedai kepada penjual makanan. Namun, untuk minuman menjadi hak monopoli sang pemilik.

Kopitiam jenis ini yang banyak dijumpai di kota-kota di Malaysia sampai sekarang. Contoh, ada Kopitiam Yut Kee yang beroperasi tahun 1928 atau Ho Know Hainam Kopitiam sejak 1956 di Kuala Lumpur. Lalu, Kopitiam Hai Peng di Kemamam yang sudah ada dari 1940.

sejarah-kopitiam-2

Photo source: @talkaboutfood

Kopitiam di Singapura

Fenomena mirip juga terjadi di Singapura saat imigran asal Eropa dan Asia membanjiri negeri kecil itu untuk mempercepat pembangunan. Hal ini terjadi saat masa penjajahan berlangsung.

Sama seperti di Malaysia, kebanyakan imigran Tionghoa bekerja di kapal milik Inggris atau rumah tangga bangsa Eropa. Di sinilah percampuran budaya terjadi. Kopitiam hadir sebagai adaptasi sarapan ala Barat dan memadukannya dengan kebiasaan warga lokal.

Saat warga kolonial Inggris meninggalkan Singapura, para pekerja Tionghoa yang rata-rata orang Hainan beralih mendirikan kedai kopi mereka sendiri. Fenomena ini berkembang sejak 1920-an dan makin populer seiring waktu berjalan.

sejarah-kopitiam-3

Photo source: @sg.foodbuzz

Di Singapura kopitiam hadir sebagai jawaban atas kebutuhan para pekerja migran kala itu agar bisa makan dan minum dengan harga bersahabat. Kopitiam pun menjadi tempat bersosialisasi dan melepas penat, sekaligus sebagai melting pot bagi orang-orang yang datang dari latar belakang berbeda.

Di kopitiam mana pun, selalu ada waktu santai untuk bermain catur, ngobrol, atau sekadar menyeruput secangkir kopi.

Namun, saat tempat perjudian sempat dilarang di Singapura, beberapa kopitiam sempat menjadi kedok menampung aktivitas gangster dan perjudian ilegal. Lengkap dengan dinding palsu yang menyembunyikan pintu masuk ke ruang pertemuan geng di sekitar meja mahjong. Mirip di film-film!

Setelah perjudian dilegalkan, kopitiam kembali ke akar mereka dan menargetkan masyarakat umum. Pada 1950-an Singapore Housing Development Board (HDB) membangun kompleks perumahan dan pusat perbelanjaan.

Di sinilah lokasi sempurna bagi kopitiam. Tak heran jika kamu banyak menemukan kopitiam enak di kawasan tersebut saat kamu berkunjung Singapura.

Di sinilah lokasi sempurna bagi kopitiam. Tak heran jika kamu banyak menemukan kopitiam enak di kawasan tersebut saat kamu berkunjung Singapura. Misalnya, Killiney Kopitiam yang ada sejak 1919, Ya Kun Toast dari 1940-an, dan Tong Ah Eating House sejak 1939.

sejarah-kopitiam-4

Photo source: @macyhehehaha

Kopitiam di Indonesia

Catatan resmi tentang sejarah kopitiam di Indonesia sulit didapat. Namun, pakar budaya menyatakan beberapa kota telah memiliki kopitiam tradisional serupa dengan negeri jiran. Rata-rata kota tersebut dikenal sebagai kantung imigran Tionghoa di Indonesia.

Misalnya, di Pangkal Pinang, Bangka Belitung di mana banyak kedai kopi milik orang Tionghoa yang tidak berpapan nama. Pemilik kopitiam pun tidak menyewakan toko pada penjual makanan lain.

Hal sebaliknya terjadi di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Pemilik kopitiam menyewakan tempat bagi penjual makanan agar bisa berdagang di situ, mirip seperti yang dilakukan pengelola kopitiam sepedi Singapura atau Malaysia.

Di Sumatra, hanya kedai kopi yang dikelola orang Tionghoa yang dinamai kopitiam. Jika bukan orang Tionghoa, masyarakat cukup menyebutnya kedai kopi saja.

Lain lagi di Singkawang, Kalimantan Barat yang notabene banyak penduduk keturunan Tionghoa. Semua kopitiam yang dikelola orang keturunan Tionghoa disebut warung kopi maupun kedai kopi. Nama warung kopi pun disandingkan dengan nama tertentu, seperti Warung Kopi Acoy, Warung Kopi Nikmat, dan Warung Kopi Apui.

sejarah-kopitiam-5

Photo source: @hendrychandra

Ada Apa di Kopitiam?

Jadi, apa yang bikin kopitiam berbeda dari kedai kopi kekinian? Tentu saja dari segi menu berikut penamaannya. Kopitiam memadukan sarapan gaya Barat dengan citarasa yang akrab di lidah orang Melayu dan Tionghoa.

Roti panggang dan telur rebus

Roti panggang misalnya, alih-alih memakai selai stroberi, roti di kopitiam menggunakan selai kaya sebagai isiannya. Terbuat dari kelapa, telur, dan daun pandan hijau, selai semula disajikan pekerja kapal kepada orang Eropa dalam perjalanan menuju Singapura saat pasokan selai stroberi berkurang.

Siapa sangka selai kaya itu sangat disukai. Para pengelola kopitiam pun turut menyuguhkannya sebagai kombinasi tradisional kopitiam, yaitu roti panggang dengan mentega dan selai kaya serta telur rebus setengah matang.

Roti kaya ini bisa dicelupkan ke campuran telur yang telah dibumbui kecap asin dan lada putih. Sensasi rasanya hmm….roti renyah beraroma butter dan selai kaya yang legit, melunak saat dicelupkan ke telur yang creamy. Sederhana tapi flavorful!

sejarah-kopitiam-6

Photo source: @eatwithkeat

Kopi

Demikian dengan kopi. Bukan memakai biji kopi Robusta yang kuat, kopitiam memilih varietas Arabika yang lebih mudah dijumpai. Bahkan, menggoreng biji kopi dengan gula dan mentega dalam wajan panas sebelum diseduh dianggap efektif meningkatkan citarasa kopi.

Peralatan yang dipakai membuat kopi juga bukan mesin modern layaknya kedai kopi kekinian. Teko berukuran besar dengan leher panjang berjejer di dapur kopitiam. Begitu juga dengan saringan tradisional mirip kaos kaki yang memanjang sebagai penyaring ampas kopi.

Jangan lupa kenali varian menu kopi yang disajikan kopitiam. Ini contekannya.

  • Kopi : kopi hitam dengan susu kental manis
  • Kopi-O : kopi hitam dengan gula
  • Kopi-C : kopi dengan gula dan susu evaporasi, inisial C merujuk pada merek susu evaporasi Carnation
  • Kopi Peng: es kopi hitam dengan susu kental manis
  • Kopi Kosong: kopi hitam tanpa gula
  • Kopi Siew Dai: kopi hitam sedikit gula ditambah susu kental manis
  • Yuanyang: setengah kopi dicampur setengah teh dengan susu kental.
sejarah-kopitiam-7

Photo source: @therantingpanda

Rekomendasi Kopitiam di Jakarta

Budaya minum kopi di kopitiam sudah merambah Jakarta, jauh sebelum tren kopi kekinian seperti sekarang. Ini terbukti lewat kehadiran banyak gerai kopitiam yang menjadi cabang langsung kopitiam Singapura atau Malaysia. Bahkan, ada kopitiam legendaris yang masih digemari para pecinta kopi hingga saat ini.

Mana saja rekomendasi kopitiam di Jakarta?

sejarah-kopitiam-8

Photo source: @kopiestakkieglodok

1. Kedai Kopi Es Tak Kie

Gang Gloria, Jl. Pintu Besar Selatan III No. 4-6, Glodok, Jakarta Barat

2. Ya Kun Kaya Toast

Pacific Place Mall, Lantai LG, Jl. Jenderal Sudirman, SCBD, Jakarta Selatan

3. Old Town White Coffee

Jl. Pluit Kencana No. 18, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara

4. PappaRich

Lippo Mall Kemang, Jl. Pangeran Antasari, Kemang, Jakarta Selatan

5. Kopi Oey

Jl. Melawai IV No. 7, Jakarta Selatan

6. Hang Tuah Kopitiam

Jl. Sumagung 3 No. 5, Kelapa Gading Timur, Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Menarik ya bagaimana sejarah kopitiam berkembang di perbatasan Asia Tenggara, khususnya Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Keberadaan kopitiam lagi-lagi menunjukkan kepiawaian orang Tionghoa beradaptasi di lingkungan tempat mereka tinggal, hingga melahirkan budaya “baru” yang lalu diturunkan lintas generasi hingga kini. Sudah pernah mampir ke kopitiam?