Inside Story

Ini Bedanya Coffee Shop Slow Bar dan Fast Bar, Suka yang Mana?

by Anindita Budhi | January 11, 2024

Ini Bedanya Coffee Shop Slow Bar dan Fast Bar, Suka yang Mana?

Minum kopi telah menjadi lifestyle yang memicu kehadiran berbagai jenis coffee shop. Kopi nggak lagi dipandang sebagai minuman rekreasi yang kamu nikmati sesekali. Rasanya ada yang kurang kalau belum minum segelas kopi setiap hari.

Dengan permintaan kopi yang terus meningkat, beragam coffee shop hadir dalam konsep berbeda. Salah satunya coffeeshop slow bar dan fast bar.

Ya, konsep kedai kopi bukan cuma dari segi interior atau bentuk bangunan saja, tetapi juga proses pembuatan dan penyajian kopi. Slow bar dan fast bar mewakili dua konsep coffeeshop berbeda. Namun, apakah kamu sudah tahu perbedaannya?

Tradisi Minum Kopi di Indonesia

Berbagai sumber menyebutkan, tradisi minum kopi di Indonesia bermula dari peristiwa tanam paksa pada era kolonial Belanda. Kopi memang bukan komoditas asli Indonesia, tetapi pemerintah Hindia Belanda membawa biji kopi arabika dari Malabar, India pada 1696.

Tanaman kopi ternyata dapat tumbuh baik di Indonesia. Kecocokan kondisi tanah dan iklim membuat perkebunan kopi meluas ke berbagai daerah di Indonesia. Berawal dari perkebunan kopi pertama di Priangan, Jawa Barat, lokasi budidaya kopi juga bisa dijumpai di Sumatera, Bali, Sulawesi, dan Kepulauan Timor.

Kebiasaan minum kopi yang awalnya dilakukan orang Belanda pun menular ke penduduk lokal dan masih terus terjaga hingga kini. Jadi, jangan heran kalau kamu bisa menemukan kedai kopi “tua” di seluruh Indonesia.

Sebut saja, Kedai Kopi Apek di Medan, Warung Kopi Ake di Belitung, Kopi Massa Kok Tong di Pematangsiantar, Kedai Kopi Es Tak Kie di Jakarta, dan Warung Kopi Purnama di Bandung. Nama-nama tersebut pasti nggak asing di telinga pecinta kopi.

Meski begitu, industri kopi kala itu juga mengalami pasang surut. Wabah karat daun menyerang perkebunan kopi pada 1878 hingga membunuh hampir semua tanaman kopi arabika di Hindia Belanda. Pasca wabah tertangani, pemerintah Hindia Belanda mendatangkan biji kopi robusta pada 1900.

Robusta disebut-sebut mempunyai ketahanan lebih tinggi terhadap penyakit dan jauh lebih mudah dirawat. Hasil produksinya pun jauh lebih besar daripada kopi arabika. Ini menjelaskan mengapa biji kopi robusta mendominasi 80% wilayah perkebunan kopi Indonesia, sekaligus menjadi salah satu negara produsen dan eksportir kopi nomor empat terbesar di dunia.

slow-bar-dan-fast-bar-1

Photo source: Pexels - Livier Garcia

Third Wave Coffee

Menilik sejarah panjang tradisi ngopi di Indonesia, terasa wajar jika minum kopi sulit dipisahkan dari rutinitas sehari-hari. Kehadiran kopi instan membuat sebagian kalangan lebih memilih campuran kopi dengan citarasa ringan. Namun, pecinta kopi garis keras pasti tetap setia dengan racikan dari biji kopi asli.

Memasuki era 2000-an, masyarakat mulai memahami perjalanan panjang dari secangkir kopi. Di dalamnya ada proses tanam, pengolahan biji, penggilingan, penyeduhan, sampai penyajian. Pasti kamu mengamati betapa pesatnya perkembangan coffee shop dalam dua dekade terakhir.

Tren ngopi pada masa Third Wave Coffee ini pun ditandai dengan kehadiran slow bar cafe yang memajang berbagai jenis biji kopi legendaris dari Indonesia. Muncul istilah “origin” yang merujuk pada identitas kopi sesuai lokasi tanam.

Beda wilayah tanam, beda pula rasa kopi yang dihasilkan. Menyesap secangkir kopi single origin pun jadi semacam petualangan rasa bagi penikmat kopi. Entah itu kopi Mandailing (Sumatera Utara), kopi Gayo (Aceh), kopi Bajawa (Flores), kopi Kintamani (Bali), kopi Preanger (Jawa Barat), hingga kopi daerah lainnya.

slow-bar-dan-fast-bar-2

Photo source: Pexels - Frank Schrader

Slow Bar Cafe

Jika sebelumnya biji kopi komoditas ekspor Indonesia hanya dikenal pecinta kopi sejati, kehadiran slow bar cafe membuat orang awam pun makin dekat dengan biji-biji kopi tersebut. Ya, slow bar merupakan konsep coffee shop yang nggak hanya menyuguhkan secangkir kopi, tetapi juga deretan informasi tentang kopi yang dipesan.

Umumnya pelayanan slow bar diterapkan kedai kopi yang berukuran nggak begitu besar. Bar tempat para barista meracik pun dilengkapi kursi berjajar agar pelanggan bisa duduk di situ sambil mencari tahu jenis kopi yang ia minum.

Di slow bar, kamu bisa ngobrol langsung dengan barista berpengalaman yang paham informasi dan isu seputar perkopian. Mulai dari origin, varietas, proses penjemuran atau pencucian, pemanggangan, sampai cara seduh.

Menu minuman kopi pun berbasis manual brew sehingga butuh waktu penyajian sedikit lebih lama. Misalnya, pour over, aeropress, shipon, tubruk, dan V60.

Barista di slow bar wajib mempunyai wawasan luas tentang industri kopi dan mesti pandai berkomunikasi. Sambil melakukan proses seduh yang membutuhkan waktu, ngobrol dengan pelanggan sambil menyeduh kopi jadi kebiasaan tidak tertulis di slow bar.

slow-bar-dan-fast-bar-3

Photo source: Pexels - Quang Nguyen Vinh

Fast Bar Cafe

Persis seperti namanya, fast bar menempatkan minuman kopi sebagai produk cepat saji. Proses pembuatan kopi dengan mesin espresso membuat minuman bisa tersaji cepat dalam hitungan menit saja.

Deretan menu fast bar cafe biasanya berbasis espresso. Dengan mengandalkan mesin espresso, barista bisa meracik berbagai jenis minuman kopi sehingga variasi menu yang tersedia lebih banyak daripada slow bar cafe.

Fast bar berorientasi pada kuantitas. Untuk memikat pelanggan, fast bar kerap hadir mengusung tema tertentu lewat interior dan bangunannya. Jumlah tempat duduk pun banyak dan ukuran cafe lebih luas daripada slow bar.

Boleh dibilang kenyamanan tempat duduk saat ngopi juga jadi prioritas bagi pengelola fast bar. Ada yang menawarkan coffee shop bernuansa alam, instagramable nan estetik, interior bergaya industrial atau minimalis, maupun coffee shop di bekas bangunan tua.

Pendek kata, kamu datang ke fast bar memesan kopi, barista membuat kopi dengan mesin espresso. Tidak ada kursi berderet di depan bar. Kemudian kopi diambil sendiri ke bar atau diantar ke meja, dan kamu bisa melanjutkan ngobrol, membaca buku, atau mengerjakan tugas sambil minum kopi.

slow-bar-dan-fast-bar-4

Photo source: Pexels - Lisa Fotio

Perbedaan Slow Bar dan Fast Bar

Jadi, apa perbedaan slow bar dan fast bar coffeeshop? Kamu bisa melihatnya dari aspek berikut.

Produk

Slow bar menyajikan kopi manual brewed yang waktu pembuatannya cukup lama. Sebaliknya, fast bar menyuguhkan kopi berbasis espresso yang dibuat memakai mesin espresso sehingga bisa cepat tersaji.

Variasi menu

Menu slow bar lebih sedikit karena semua diracik secara manual. Misalnya, V60, aeropress, dan pour over. Menu fast bar tak terhitung banyaknya. Selain espresso tanpa tambahan apapun, kamu bisa pesan cappuccino, latte, macchiato, sampai affogato.

Tempat

Slow bar menempati ruangan yang nggak begitu besar. Suasananya cenderung tenang, cocok buat kamu yang ingin me-time atau menikmati kopi tanpa terganggu keramaian. Fast bar menyediakan ruang lebih besar dengan seating area indoor maupun outdoor. Namun, ada juga fast bar yang berkonsep grab & go sehingga hanya tersedia sedikit tempat duduk.

Pelayanan

Slow bar lebih dari sekadar menyajikan kopi, tetapi kamu bisa menambah pengetahuan tentang kopi saat ngobrol dengan barista. Di fast bar, interaksi dengan barista terbilang minim hanya sebatas pemesanan saja.

slow-bar-dan-fast-bar-5

Photo source: Pexels - Viktoria Alipatova

Sekarang kamu sudah tahu perbedaan coffee shop slow bar dan fast bar. Menurut Nibble, keduanya punya ciri khas tersendiri yang bikin sesi ngopi kamu lebih menyenangkan. Jadi, balik lagi ke kebutuhan kamu: pilih ngopi di slow bar atau fast bar?