Memasuki tahun ketiga penyelenggaraannya, Bango kembali mengadakan “Bango Penerus Warisan Kuliner 2019”. Seperti tahun-tahun sebelumnya, ajang ini kembali diminati oleh pelaku UMKM. Tercatat tidak kurang dari 10.000 orang peserta mendaftarkan diri untuk mengikuti ajang ini di tahun 2019.Joy Tarigan, Managing Director Unilever Food Solutions, menjelaskan bahwa salah satu alasan ajang ini terus diselenggarakan adalah karena pasar kuliner Indonesia selalu bertumbuh setiap tahunnya.“Saat ini, jumlah total pasar layanan makanan atau foodservice di Indonesia memiliki pertumbuhan sebesar 9% per tahun. Pertumbuhan ini menghasilkan nilai transaksi mencapai Rp 844,35 triliun di tahun 2019, dimana 90%nya merupakan restoran independen, termasuk UMKM,” jelas Joy.Unilever Food Solution sendiri menurut Joy menjadikan ajang ini sebagai sarana rasa berterimakasih atas kepercayaan yang diberikan untuk hadir di Indonesia. Bango, brand kebanggaan Indonesia, yang dibuat dengan bahan-bahan alami yang berkualitas telah menemani para Chef dan banyak pengusaha kuliner dalam mempertahankan kualitas hidangan mereka sehingga usaha mereka terus tumbuh dan berkembang.
Buat Sesuatu yang Berbeda
Yang membedakan pagelaran Bango Penerus Warisan Kuliner 2019 dengan tahun-tahun sebelumnya adalah adanya ajakan agar UMKM bisa melek digital. “Kemampuan para pengusaha untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi dapat menjadi faktor penting untuk mengembangkan bisnis mereka secara lebih signifikan. Di kompetisi ‘Bango Penerus Warisan Kuliner 2019’ ini kami membekali para pelaku usaha kuliner mengenai pemanfaatan platform digital guna memajukan usaha sekaligus menjaga kelestarian warisan kuliner Nusantara,” ungkap Joy.Di tahun 2019 pun, tercatat sebanyak 15 juta pelaku UMKM, termasuk di bidang kuliner, kini sudah mulai bertransformasi ke ranah digital dengan rata-rata kenaikan omzet sekitar 80%.Ussy Sulistiawaty, selebrita sekaligus pemilik usaha kuliner Bakoel Ussy dan Lurik Coffee and Kitchen, menjelaskan bisnisnya bisa maju adalah karena konsep digital yang saat ini berkembang luas.“Meskipun restoran saya menjual aneka hidangan Nusantara, saya percaya bahwa promosi di platform digital saat ini tidak dapat terpisahkan dari strategi pemasaran yang saya jalankan. Selain lebih cepat dan efisien, saya juga dapat langsung berinteraksi dengan para pelanggan dan mendapatkan banyak masukan yang berharga untuk perkembangan usaha saya di masa mendatang,” ungkap Ussy.Ussy juga menjelaskan, meskipun dirinya artis, namun hal tersebut tidak cukup menjadi bahan utama yang dijual dalam restorannya. Restoran yang hanya menjual nama tidak akan ada artinya tanpa didukung dengan produk yang juga sama baiknya.
Story Telling Sebagai Alat Jual
Masih banyak pengusaha kuliner Nusantara yang memerlukan kemampuan dan akses lebih dalam menggunakan media promosi digital, contohnya media sosial. Hal ini dibenarkan oleh Vita Datau, selaku Ketua Tim Percepatan dan Pengembangan Wisata Kuliner dan Belanja Kementerian Pariwisata Republik Indonesia sekaligus Ketua Indonesia Gastronomy Network. “Diperlukan kombinasi antara visual dan narasi yang kuat untuk menghasilkan content yang appealing dalam melakukan promosi di media sosial. Artinya, selain pemahaman mengenai digital marketing yang baik, para pengusaha kuliner Nusantara perlu memahami keunggulan hidangannya dan mampu menceritakannya dengan baik kepada konsumen,” jelas Vita.Vita sangat mengapresiasi pelaksanaan kompetisi Bango Penerus Warisan Kuliner 2019. Hal ini dikarenakan Bango membantu meningkatkan kemampuan UMKM dalam mengemas dan menjual hidangan khususnya melalui platform digital, sehingga akhirnya dapat semakin mendukung perkembangan industri kuliner di Indonesia.Memang, salah satu hal yang paling unik dari penyelenggaraan Bango Penerus Warisan Kuliner 2019 adalah adanya rangkaian workshop untuk kemajuan usaha ke-24 finalis. Workshop Digital Marketing Workshop yang diberikan oleh Gilang Margi, salah seorang pelaku kuliner yang meraih sukses melalui digital marketing adalah berupa pengenalan strategi digital marketing khususnya di media sosial. Selain itu ada pula Culinary Story-telling Workshop oleh Ade Putri Paramadita, seorang food storyteller ternama Indonesia yang berupa materi dan praktek mengenai pentingnya membangun narasi yang kuat dan unik guna mendukung strategi digital marketing.
Hadiah untuk Pengembangan Usaha
Dalam kompetisi tahun ini, total hadiah senilai Rp500.000.000 dibagikan kepada 5 orang pemenang. Salah satu keinginan yang disampaikan pihak Bango adalah agar hadiah ini bisa dimanfaatkan sebagai modal pengembangan usaha mereka ke depan.5 (lima) pemenang dalam acara final yang diadakan di Jakarta pada tanggal 21 Agustus 2019 adalah Renata Zoraifi – Pukis Badran Topping Daging Sapi (Solo), Riswah Yuni – Ayam Bakar Madu Salakilo (Balikpapan), Numalita Selpiani – Iga Gongso Warung Gongso (Solo), Merry Christina, Lim – Iga Bakar Nyakk Merry (Semarang), dan Doni Damara – Ikan Mas Bakar Donto Sau San (Tasikmalaya).Salah satu sajian finalis yang paling menarik perhatian adalah Ikan Mas Bakar Donto Sau San dari Tasikmalaya. Nama Sau San adalah singkatan dari ‘raSA Unik khas Tasikmalaya SelatAN’, dan konsep rumah makannya pun tak kalah unik, yaitu “One Stop Eating”. Bertempat di kediamannya, para pelanggan dapat langsung memilih ikan dari kolam dan bersantap di lesehan yang terletak di samping kolam. Untuk lalapan, Pak Doni juga memetik sayuran langsung dari kebun organik miliknya.Hadiah yang dirinya dapatkan dari lomba ini diakui Doni Damara, pemilik Ikan Mas Bakar Donto Sau San, akan digunakan untuk mengembangkan usahanya.“Seperti pesan dari Bapak Joy, apa yang saya dapatkan dalam ajang ini akan saya gunakan untuk mengembangkan usaha saya. Salah satunya yang akan saya lakukan adalah membuka kolam pemancingan ikan, sehingga semakin melengkapi pengalaman para pelanggan dalam menikmati aneka hidangan,” ungkap Doni.