Inside Story

Mengenal Wagashi, Camilan Tradisional Jepang yang Memikat

by Leni Marlin | February 06, 2025

Mengenal Wagashi, Camilan Tradisional Jepang yang Memikat

Photo source: @wagashi.diary

Kalau ngomongin Jepang, pasti yang kebayang pertama kali adalah sushi, ramen, atau matcha, kan. Tapi, pernah nggak sih kamu dengar tentang wagashi? Wagashi adalah camilan tradisional Jepang yang ngangenin karena rasanya manis.

Makanan ini nggak cuma enak, lho! Bentuknya juga cantik dan estetik banget. Sungguh memanjakan mata. Yuk, kita kenalan lebih dekat sama si manis yang satu ini!

Sejarah Wagashi, Panjang Tapi Menarik

Dalam penyajiannya, wagashi biasanya disandingkan dengan teh hijau. Rasa manis dan pahit dari kedua menu ini saling melengkapi. Karena itu, kamu bisa memilih wagashi menjadi teman ngobrol saat santai. Dinikmati sambil menyesap secangkir teh hijau, pasti menyegarkan!

wagashi-04

Photo source: @elmscorner

Wagashi bukan camilan biasa. Ada cerita panjang di baliknya. Wagashi telah dikenal di Jepang sejak ratusan tahun lalu. Sekitar abad ke-8, pada periode Nara, makanan manis olahan disebut dengan istilah "kashi". Dalam bahasa Jepang modern, kashi berarti "permen" atau "makanan manis". Awalnya, kata ini hanya merujuk pada buah-buahan atau kacang-kacangan.

Masuknya budaya asing dari Dinasti Tang di Tiongkok juga memperkenalkan kuliner eksotis seperti karakudamono atau buah Tang. Buah ini dibuat dengan menambahkan perasa dan pemanis ke dalam tepung beras, lalu dimasak dengan cara digoreng dalam minyak.

Ada pula makanan yang disebut tsubaimochii. Disajikan kepada para bangsawan istana setelah permainan kemari (sejenis permainan bola). Tsubaimochii dibuat dengan menambahkan pemanis bernama amazura ke dalam tepung ketan, lalu dibungkus dengan daun kamelia. Makanan ini secara bertahap beradaptasi ke dalam budaya Jepang dan menjadi salah satu contoh wagashi paling awal.

Rasanya nggak lengkap membahas makanan ini tanpa menyebut tenjin. Di Tiongkok, hidangan ringan yang disantap di antara waktu makan utama disebut tenjin atau lebih dikenal sebagai dim sum.

Di Jepang, masyarakat umumnya hanya makan dua kali sehari. Tenjin merujuk pada makan siang ringan. Yokan, udon, dan manju termasuk dalam kategori tenjin. Kini, yokan dan manju dikenal sebagai dua jenis wagashi yang paling populer.

wagashi-05

Photo source: @kobutaookami

Gaya asli manju yang masuk ke Jepang sebagai tenjin memang berbeda jauh dengan wagashi saat ini. Kemungkinan besar, manju pada masa itu nggak semanis sekarang dan bukan berisi pasta kacang merah.

Orang Portugis ternyata punya peran penting dalam perkembangan wagashi. Selama Zaman Penjelajahan, para pedagang dan misionaris dari Portugal serta negara-negara Eropa lainnya datang ke Jepang untuk berdagang dan menyebarkan agama Kristen.

Pada saat yang sama, mereka juga ngenalin makanan manis khas Eropa ke Jepang. Seperti sejenis kue bolu yang kemudian dikenal sebagai castella, yang masih populer hingga kini.

Salah satu dampak besar dari pengaruh ini adalah longgarnya tabu keagamaan yang sebelumnya melarang konsumsi telur ayam. Faktanya, telur ayam menjadi satu-satunya bahan hewani yang diperbolehkan dalam pembuatan wagashi yang umumnya menggunakan bahan nabati.

Bukan hanya itu, orang Portugis pula yang berperan membentuk konsep modern bahwa wagashi merupakan makanan manis. Sebelum periode Muromachi, pemanis yang tersedia sangat terbatas, hanya ada madu, amazura, dan mizuame.

Pada 1543 hingga 1641, orang Portugis mengimpor gula ke Jepang secara rutin. Impor gula dari Tiongkok dan Belanda makin melimpah pada periode Edo. Dengan pasokan gula ini, masyarakat Jepang semakin menikmati wagashi yang dibuat menggunakan bahan manis yang dulunya sangat langka.

wagashi-03-

Photo source: @kikkaya.wagashi

Jenis Wagashi yang Wajib Dicoba

Periode Edo merupakan masa kepopuleran wagashi. Pada 1596 hingga 1644, wagashi mulai diberi nama-nama yang puitis. Praktik ini mencapai puncaknya di bawah pengaruh aliran desain Rinpa pada 1688 hingga 1704.

Lahirlah bentuk-bentuk wagashi baru dengan nama-nama yang terinspirasi dari sastra klasik dan cita rasa yang mencerminkan empat musim. Nah, berikut adalah jenis wagashi yang paling populer.

wagashi-02

Photo source: @ladyridge_

Daifuku

Ini dia si mochi kenyal yang biasanya diisi tsubushian atau pasta kacang merah tumbuk. Adonan mochi terbuat dari beras ketan kukus yang ditumbuk hingga lembut. Apabila mochi dicampur dengan kacang merah rebus, namanya menjadi mamedaifuku.

Dorayaki

Siapa yang nggak kenal dorayaki? Pancake manis ini diisi dengan anko (pasta kacang merah) dan jadi favoritnya Doraemon. Adonan kue terbuat dari campuran telur, gula, madu, dan air yang dicampur dengan tepung terigu, lalu dipanggang. Rasanya klasik, tapi selalu bikin nagih!

Yokan

Kalau suka yang teksturnya padat tapi lembut, yokan adalah pilihan yang tepat. Jeli manis ini dibuat dari koshian atau pasta kacang merah halus dan agar-agar. Selain rasanya enak, bentuknya juga sering dihias dengan pola yang artsy. Kudapan ini juga disebut hon-neriyokan.

Nerikiri

Nerikiri menampilkan berbagai desain yang menggambarkan warna dan bentuk musiman. Kudapan ini terbuat dari lapisan nerikirian, yaitu adonan yang berasal dari campuran ubi jalar Tiongkok dan gyuhi (sejenis mochi) ke dalam shiroan (pasta kacang putih).

Lapisan nerikirian membungkus inti adzuki koshian (pasta kacang merah halus). Sebagai sebuah kudapan yang lahir dari kepekaan dan keterampilan pembuatnya, nerikiri adalah contoh kreativitas yang terdapat dalam wagashi.

wagashi-06

Photo source: @moonpastry

Wasanbonto-no-Uchigashi

Kudapan ini dibuat dengan menambahkan sedikit air ke dalam wasanbonto (gula halus dan beraroma khas Jepang). Lalu, campuran itu diaduk, dipadatkan ke dalam cetakan kayu, ditekan dengan kuat, baru dikeluarkan dari cetakan. Meskipun hadir dalam berbagai bentuk dan warna, semuanya merupakan wagashi yang menonjolkan rasa dari wasanbonto.

Fakta Unik Wagashi

Wagashi memiliki beberapa fakta unik yang membuat makanan ini dicari serta populer. Berikut di antaranya:

Bentuknya Mencerminkan Musim

Wagashi bukan cuma soal rasa, tapi juga tentang momen. Misalnya, di musim semi, wagashi sering berbentuk bunga sakura. Di musim gugur, bentuknya berubah menjadi daun maple. Jadi, makan wagashi itu seperti merayakan musim.

Proses Pembuatannya Manual

Banyak wagashi yang masih dibuat secara manual oleh pengrajin. Nggak heran kalau bentuknya detail dan terasa personal. Ini juga yang bikin wagashi lebih mahal dibandingkan dengan camilan biasa.

wagashi-07

Photo source: @elmscorner

Punya Filosofi Mendalam

Wagashi dibuat dengan filosofi Jepang yang menghargai harmoni dan keindahan alam. Setiap detail, dari rasa hingga bentuk, punya makna. Misalnya, wagashi berbentuk bunga sakura menggambarkan keindahan yang sementara.

Rasa Manis yang Pas

Jangan takut eneg, manisnya wagashi itu ringan banget. Hal ini sengaja dirancang supaya cocok dengan teh hijau yang rasanya pahit. Kombinasi ini benar-benar bikin pengalaman ngemil jadi sempurna!

Paling Cocok Buat Teh Hijau

Nggak lengkap rasanya kalau makan wagashi tanpa ditemani secangkir teh hijau. Di Jepang, ini udah menjadi tradisi turun-temurun.

Wagashi Zaman Sekarang

Meski wagashi termasuk makanan yang tradisional banget, camilan khas Jepang ini tetap eksis dan bahkan makin hits pada zaman modern. Banyak kafe dan toko kue di Jepang yang menawarkan wagashi dengan sentuhan modern, seperti wagashi rasa matcha, cokelat, atau bahkan wagashi berbentuk karakter anime.

Di luar Jepang, wagashi juga mulai dikenal dan digemari. Kamu bisa nemuin toko khusus wagashi di berbagai negara, termasuk Indonesia. Biasanya, wagashi dijual dalam kotak cantik, cocok banget buat hadiah atau hampers spesial.

wagashi-01

Photo source: @elmscorner

Wagashi lebih dari sekadar makanan manis. Ini adalah seni, tradisi, dan cara Jepang menghargai harmoni. Mulai dari bentuk, rasa, hingga proses pembuatannya, semuanya dirancang dengan penuh perhatian.

Jadi, kalau kamu berkesempatan mencicipi wagashi, jangan cuma dilihat sebagai camilan biasa, ya. Nikmati keindahannya, rasakan harmoninya, dan mungkin kamu bakal jatuh cinta sama budaya Jepang yang satu ini. Penasaran? Yuk, cobain wagashi dan bawa pulang keindahan tradisi Jepang dalam satu gigitan!