Photo source: @alivikry
Nibblers yang tinggal di Jakarta, pernah mendengar gak nih spot wisata bernama Ereveld Menteng Pulo? Nama Ereveld Menteng Pulo makin terkenal karena dikunjungi langsung oleh Raja Belanda Willem-Alexander dan Permaisuri Ratu Maxima Zorreguieta saat bertandang ke Indonesia di medio 2020 silam. Selain berkunjung ke Istana Bogor, pasangan raja dan ratu Belanda ini juga mengunjungi Menteng Pulo untuk napak tilas sekaligus berziarah.
Yap benar, Ereveld sendiri merupakan sebutan untuk kawasan pemakaman kehormatan Belanda atau Netherlands Field Of Honour. Ada beberapa kawasan Ereveld yang ada di Jakarta atau Indonesia, salah satunya yang ada di area Menteng Pulo, Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan. Jika kamu sering melewati bilangan Jalan Kasablanka dan Prof Dr Satrio, tentu sudah gak asing kan dengan TPU Menteng Pulo yang berlokasi persis di sepanjang sisi kiri dan kanan jalan? Nah pemakaman khusus Belanda ini berada di dalam area ini.
Makam Kehormatan Belanda di Jakarta
Photo source: @jakarta_tourism
Kompleks Ereveld Menteng Pulo atau lebih dikenal sebagai komplek pemakamam kehormatan Belanda ini memang sangat unik dan artistik dengan gaya yang bernuansa khas Eropa. Dilansir dari Jakarta Tourism, pemakaman ini dikhususkan bagi para korban Perang Dunia II yang gugur dalam pertempuran melawan Jepang pada 1941-1945, serta korban tewas selama masa revolusi Indonesia pada 1945-1949. Jadi dahulu saat negara kita masih bernama Hindia Belanda, ada sekitar 300.000 lebih orang Belanda yang menetap di sini. Sampai kemudian datanglah Jepang pada Januari 1942 untuk menjajah Indonesia sekaligus memasuki masa Perang Dunia II.
Selama penjajahan Jepang tersebut, banyak warga Belanda baik sipil maupun militer yang ditawan di dalam kamp-kamp konsentrasi Jepang dan para tawanan perang ini banyak yang dijadikan pekerja paksa. Salah satu proyek kerja paksa yang dilakukan Jepang terhadap tawanan Belanda ini adalah proyek pembangunan rel kereta Birma-Siam. Diperkirakan ada sekitar 34 ribu orang Belanda yang gugur selama Perang Dunia II di Asia Tenggara dan juga selama masa agresi militer Belanda.
Photo source: @jakarta_tourism
Dari sekian puluh ribu orang Belanda yang gugur di Indonesia, sekitar 25 ribu korban tersebut akhirnya dimakamkan di 7 makam kehormatan Belanda yang tersebar di Pulau Jawa, salah satunya ya Ereveld Menteng Pulo ini. Tapi sebetulnya, dahulu ada 22 makam yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia, seperti di Manado, Palembang, dan Makassar. Namun, pada tahun 1960 atau 1970-an, atas permohonan Pemerintah Indonesia, jenazah-jenazah dari ereveld di luar Pulau Jawa dipindahkan serta dipusatkan ke 7 ereveld Pulau Jawa agar mudah diawasi dan dikelola.
Pengelolanya setiap ereveld sendiri berada di bawah Oorlogsgravenstichting (OGS) atau Yayasan Makam Kehormatan Belanda. Yayasan ini merupakan lembaga yang memang khusus mengelola seluruh pemakaman kehormatan Belanda yang ada di seluruh dunia. Jadi pemakaman atau ereveld ini dikelola secara mandiri oleh Pemerintah Belanda ya, bukan memakai dana dari Pemerintah Indonesia. Oleh karena itu, wajar saja kalau Ereveld Menteng Pulo juga mempunyai arsitektur cantik yang khas seperti makam-makam di negara Eropa.
Peristirahatan yang Indah
Sebagai makam yang menghormati para korban perang Belanda, ereveld jelas didesain sangat indah. Ereveld Menteng Pulo yang menempati lahan seluas 29.000 m2 dan berbentuk L ini dirancang oleh perwira cadangan Letkol Ir. Hugo Anthonius van Oerle. Tanahnya merupakan sumbangan dari Pemerintah Jakarta yang sebelumnya terdapat bangunan beton peninggalan Jepang dan kemudian dibongkar untuk dibangun makam kehormatan ini.
Photo source: @kikimarianna
Pembangunan makam kehormatan ini dilakukan pada 8 Desember 1947 oleh Letjen. Simon Hendrik Spoor sebagai peletak batu pertama karena beliau saat itu menjabat sebagai komandan tentara di Hindia Belanda. Tapi sebelum dibangun, tempat ini sudah dikebumikan seorang prajurit bernama W. van Kammen sejak 11 Februari 1947. Terdapat juga makam dari sepasang warga sipil juga dikebumikan pada 14 Desember 1946. Jenderal Simon H. Spoor sendiri juga dimakamkan di tempat ini pada tanggal 25 Mei 1949, diduga setelah beliau diracun di sebuah restoran dekat Tanjung Priok.
Lalu bicara keindahan pemakaman ini, ketika memasukinya pun kamu bisa langsung tertegun dengan deretan papan nisan yang diatur secara rapi dan simetris. Pengunjung akan langsung bisa melihat jenis-jenis nisan yang berbeda karena memang terdapat 6 tipe nisan yang dipakai sebagai penanda identitas jenazah yang dikebumikan. Keenam jenis nisan ini dibedakan menurut agamanya seperti Kristen Protestan, Katolik, Muslim, Yahudi, Buddha, serta ada tanda untuk mereka yang dimakamkan secara massal. Jenazah yang usianya masih anak-anak juga bisa dibedakan dari ukuran nisannya yang lebih kecil.
Photo source: @tion_graph
Nisan makam dengan identitas agama Muslim umumnya diperuntukkan bagi warga Pribumi yang dahulunya mengabdi pada satuan Koninklijk Nederlands Indische Leger (KNIL), atau tentara nasional Kerajaan Hindia-Belanda. Letak pemakaman Muslim ini berada di sisi kiri pintu masuk pemakaman dan disusun khusus menghadap ke arah kiblat (Kota Makkah). Pengunjung juga bisa menemukan makan yang bertuliskan Onbekend atau tidak dikenal, karena ketika jenazahnya ditemukan sudah dalam keadaan yang sulit untuk diidentifikasi lagi.
Photo source: @tion_graph
Hal yang membuat hati terenyuh lainnya ada patung yang menggambarkan penderitaan anak-anak kecil semasa perang. Patung anak-anak ini memiliki perut buncit dengan tulang rusuk dada yang menonjol menggambarkan kondisi busung lapar, serta dilengkapi dengan tulisan “Een Kind van de oorlog” atau “Anak-anak (korban) dari masa Peperangan”. Monumen patung tersebut untuk mengenang para anak-anak tak berdosa yang harus meninggal kelaparan dan kekurangan gizi di dalam kamp-kamp yang dibangun Jepang.
Tempat Berdoa Pada Tuhan
Tak hanya deretan pemakaman di atas rerumputan hijau, ada pula dua bangunan yang didesain indah serta sangat tinggi nilai-nilai spiritualitasnya. Bangunan pertama adalah Gereja Simultan atau Simultaankerk, yang meski berbentuk gereja namun bisa dipakai ibadah oleh semua agama. Di dalam gereja ini dihiasi oleh simbol-simbol bermacam agama dari mulai Kristen, Katolik, Islam, Yahudi, dan Buddha. Bagian depan gereja ini juga terdapat sebuah lonceng yang akan dibunyikan ketika ada upacara peringatan tertentu.
Photo source: @anggitabunga30
Hal menarik lainnya dalam gereja ini adalah sebuah salib berwarna cokelat yang dibuat dari bahan bantalan rel kereta. Salib tersebut khusus untuk memperingati korban-korban pekerja paksa ketika diperintahkan membangun Birma-Siam Spoorweg alias Jalur Kereta Birma-Siam. Terdapat pula semacam menara dengan lonceng di atasnya yang bisa dipakai untuk memandangi keseluruhan area pemakaman ini, asalkan kamu tidak takut ketinggian.
Bergeser ke sisi gereja, terdapat sebuah Columbarium yang menyimpan 754 guci abu jenazah orang-orang Belanda yang gugur selama jadi tawanan Jepang. Setiap guci abunya terbuat dari logam serta ditata sedemikian rupa menyesuaikan abjad nama dari pemilik abu jenazah tersebut. Tapi tenang saja, rumah abu jenazah ini gak menyeramkan kok karena kamu akan disambut berbagai tanaman hijau, bunga bougenville, serta kolam buatan dengan air mancur cantik di tengahnya.
Photo source: @kikimarianna
Etika Mengunjungi Ereveld Menteng Pulo
Sebagai sebuah area makam kehormatan, tentu saja tetap ada etika yang harus dijalankan oleh pengunjung di sini. Pengunjung diharapkan mengisi terlebih dahulu daftar isi dan data diri di area berbentuk pendopo tradisional. Bagi yang ingin mengabadikannya dalam bentuk foto atau video, diharapkan juga harus mematuhi tata cara khusus.
Photo source: @fitrinrdntrr
Perihal pengambilan foto atau video, diharapkan untuk jangan mengambilnya terlalu dekat atau close up di depan nisan maupun guci abu jenazah, sehingga nama di nisan tersebut terpampang luas. Hal tersebut cukup sensitif karena bisa menuai rasa keberatan dan ketidaknyamanan dari anggota keluarganya. Lebih baik mengambilkan foto dari sisi belakang nisan ataupun pengambilan gambar secara luas saja.
Pihak keluarga ataupun warga Belanda yang tinggal di Indonesia pun masih secara rutin mengunjungi area ini untuk napak tilas sembari berziarah. Setiap tahunnya, ada dua momen upacara peringatan yakni tiap tanggal 4 Mei dan 15 Agustus. Tanggal 4 Mei diperingati untuk mengenang pahlawan yang gugur dalam peperangan. Serta tanggal 15 Agustus diperingati sebagai hari berakhirnya Perang Dunia II di Asia Tenggara ketika Jepang mulai menyerah pada sekutu tanggal 15 Agustus 1945.
Mengunjungi pemakaman seperti di Ereveld Menteng Pulo ini akan membuka perspektif kita semua akan penjajahan dan peperangan. Diharapkan kita semua bisa mengambil pelajaran positif agar jangan sampai peristiwa pilu yang menimpa para jenazah yang berbaring di sini, terulang kembali.
Ereveld Menteng Pulo
Lokasi: Jl. Menteng Pulo RT.003/ RW.012, Menteng Dalam, Tebet, RT.4/RW.12, Menteng Dalam, Kec. Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
Jam Buka: Setiap hari, 07.00 – 17.00 WIB